ta'aruf

Foto saya
Orang biasa, belajar lewat diskusi dan sharing ide, berusaha terbuka terhadap pemikiran orang dan referensi, dan yang penting punya prinsip tentang kebenaran.Senang bersilaturrahmi dan berbagi untuk semua.

Jumat, 02 April 2010

Stabilitas Iman Seseorang

IMAN YANG BERTAMBAH DAN BERKURANG


Manusia diciptakan berbeda dari binatang. Ada kesamaan memang. Bila manusia memiliki telinga, mata, hidung, kaki dan lainnya, demikian pula dengan binatang. Kelebihan manusia atas binatang adalah, bahwa manusia dilengkapi software canggih yang ter-install pada otak manusia. Dengan otak yang begitu lembut dan berkapasitas amat besar, manusia mampu men-save dalam memory-nya berbagai tipe data yang sangat beragaman dan complicated. Manusia bisa berhitung, membaca, menghafal nama orang, nama jalan, nama kota, juga mampu menyerap data kasus untuk kemudian diolah dan dicarikan solusinya. Di otak inilah, koordinasi organ tubuh dikendalikan.

Selain otak, manusia juga dilengkapi dengan hati/jantung (qolbun) yang berfungsi sebagai pengendali seluruh aktivitas manusia berupa perasaan, pikiran dan perbuatan .Qolbun adalah segumpal darah yang ada dalam tubuh manusia, yang oleh Nabi Muhammad SAW dikatakan:”.. bila hati itu baik maka baik pula seluruh amal, dan apabila hati rusak, rusak pula seluruh amalnya.”

Ketika hati itu baik maka hakekatnya hati itu adalah hati yang selamat (qolbun salim), dituntun oleh cahaya Allah yang senantiasa menuju pada jalan yang lurus dan hanif. Hati yang akan mengendalikan seluruh aqwal dan af’al untuk senantiasa memenuhi panggilan kebenaran, yaitu dinul Islam.

Hidupnya akan diliputi oleh kejujuran dan ketenangan, tidak korup kepada manusia maupun Allah.Orang-orang seperti ini adalah mereka yang menjadi kekasih Allah (auliyaullah), yang mentransformasikan dirinya dalam bimbingan Allah dari kegelapan-kegelapan (adl-dlulumat) menuju cahaya kebenaran (nur-alhaq) Namun, manakala di dalam tubuh manusia bercokol gumpalan darah yang keras dan sakit (qolbun maridh), maka bentuk aktualisasi eksternal akan rusak dan sesat lagi menyesatkan. Getar hatinya, perasaan, pikiran dan perbuatannya penuh dengan selubung kedustaan (alkidzb)dan kesombongan (alkibru). Hati seperti ini akan selalu menolak kebenaran dari Allah dan meremahkan manusia lain. Merekalah kekasih-kekasih thoghut yang mengajak mereka dari kebenaran menuju kesesatan (kegelapan) (al-Baqoroh:257)

Wal’iyadzu billah.

Sebagai hamba Allah kita senantiasa memohon pada-Nya agar hati kita dikokohkan di atas dien-Nya, mulazamah dalam keimanan dan mudawamah (kontinuitas) dalam beramal baik. Kata Nabi: “Iman itu bisa mengalami pasang naik dan pasang surut.” Iman adalah suatu kondisi yang terus dinamis dan berayun mengikuti kecenderungan kebaikan dan keburukan amal. Dan manusia oleh Allah sudah dibekali dalam dirinya dua potensi yang terus berseteru dan bersifat paradox; kecintaan pada ketaqwa-an dan kecintaan pada kefujur-an.

Kata Nabi lagi:”Iman akan naik dan bertambah bila terus dipupuk dengan ibadah, dan akan mengalami degradasi manakala dihiasi dengan kemaksiatan”. Ibadah adalah paduan antara ikhlas, tawadlu, amal dan ittiba’. Sedang maksiat adalah sebaliknya. Tidaklah dikatakan sebagai amal shalih bila sekedar ittiba’ (mutaba’ah arrosul) tapi tidak ikhlas. Atau hanya bermodalkan ikhlash tapi tidak mau mengikuti tuntunan Rasul.

Untuk itu marilah kita senantiasa berdoa;”Ya Allah, jadikanlah hati kami untuk senantiasa cinta pada keimanan dan hiaskanlah iman pada hati kami. Dan jadikanlah hati kami senantiasa benci pada kekufuran, fusuk dan maksiat, dan jadikanlah kami termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Nas ’alullah as-salaamah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

umpan balik