ta'aruf

Foto saya
Orang biasa, belajar lewat diskusi dan sharing ide, berusaha terbuka terhadap pemikiran orang dan referensi, dan yang penting punya prinsip tentang kebenaran.Senang bersilaturrahmi dan berbagi untuk semua.

Senin, 11 Januari 2010

PASAR DAN GAYA HIDUP KONSUMEN


Abu Farros*

GLOBALISASI PASAR
Globalisasi sebagai gejala yang dialami oleh seluruh bangsa telah mengakibatkan banyak perubahan dalam segala aspek kehidupan: sosial, ekonomi, politik maupun budaya. Era globalisasi digambarkan sebagai era dimana dunia tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu, karena telah diintegrasikan oleh sebuah sistem global (global system). Dengan menggunakan media komunikasi yang serba canggih, interaksi manusia berhasil dibangun sedemikian rupa dan mudahnya sehingga hubungan menjadi bersifat impersonal. Dunia berhasil dilipat menjadi Global Village. Orang tidak lagi harus bertemu secara berhadap-hadapan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, tapi dengan menggunakan piranti komunikasi, ia bisa mendiskusikan dan mengekspresikan hasrat dan keinginannya (desire and wants).

Dalam konteks ini mungkin kita sah-sah saja untuk mempertanyakan sejauhmana efektifitas kemajuan teknologi yang menandai era globalisasi , khususnya dalam bidang ekonomi. Dan bagaimana globalisasi dalam bidang ekonomi mampu menciptakan budaya konsumsi (consumption culture). Dua persoalan inilah yang akan dibahas dalam tulisan berikut.

Perkembangan suatu bangsa tidak bisa lepas dari pertumbuhan ekonomi yang ada di dalamnya. Hal ini penting sebab pertumbuhan ekonomi (economic growth) sering menjadi ukuran kemakmuran suatu bangsa. Tindakan ekonomi yang dijalankan oleh seseorangpun tidak bisa dilepaskan dari kultur, motivasi dan nilai yang dianutnya. Bahkan agama sering menjadi faktor determinan yang menentukan pola tindakan ekonomi. Oleh karena itu, Max Weber, setelah melakukan pengkajian mendalam tentang agama Kristen Protestan dalam kaitannya dengan ekonomi, ia sampai pada kesimpulan bahwa ajaran Protestan sekte Calvinis punya peran dalam mendorong terciptanya masyarakat. Inilah yang mengilhaminya untuk menulis buku berjudul “ The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism”.

Berbicara soal tindakan ekonomi tidak bisa dilepaskan dari perhitungan keuntungan (profit calculation), yang embeded dalam praktek perdagangan atau ekonomi. Ada dua pola tindakan yang biasa dilakukan oleh para pelaku ekonomi. Pertama, ialah tindakan ekonomi yang bersifat subsisten. Dalam pola ini orang hanya mampu memenuhi kebutuan hidup (survive), bersifat komunal dan tidak berorientasi pada untung . Sedang yang kedua, ialah tindakan ekonomi yang berorientasi pasar, (market oriented) yang ini ditandai oleh adanya kecenderungan untuk melakukan ekspansi pasar, profite oriented, akumulasi modal, bersifat rasional dan individual.

EKSPANSI PASAR
Pasar adalah institusi yang paling penting dalam aktivitas ekonomi . Pasar mampu menggerakkan dinamika kehidupan ekonomi yang di dalamnya terdapat proses tawar menawar baik secara langsung maupun tidak untuk menentukan harga pasti (fixed cost). Sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli, pasar mampu memainkan fungsinya sebagai pengendali harga, sehingga harga tidak mengalami fluktuasi tajam. Stabilitas harga inilah yang sebetulnya memberikan keuntungan bagi para pelaku ekonomi.

Dengan makin majunya masyarakat dalam berbagai bidang, ternyata pasar juga mengalami pergeseran baik dalam fungsi maupun cara operasi (mode of operation). Dalam pengertian tradisional, pasar diartikan sebagai tempat jual-beli yang lebih mencirikan sebagai aktifitas ekonomi harian (daily-economic activity). Namun fungsi ini telah mengalami perluasan, dimana pasar pada era sekarang ini juga berfungsi sebagai pusat rekreasi dan bersantai. Para pengunjung yang datang tidak semata-mata untuk berbelanja, tapi banyak yang mencari hiburan dan menghilangkan stres.

Fenomena ini sangat umum kita saksikan di banyak kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogya, Medan dan kota lainnya. Pasar telah disulap menjadi shoping centre, mall, super market, departemen store, mega store dan lain-lain. Para pengunjung yang datang selain berbelanja juga bertujuan untuk menikmati suasana santai bersama keluarga, atau sekedar ingin tahu harga barang, bahkan banyak yang bertujuan untuk mejeng bagi kawula muda. Melihat kecenderungan ini banyak pusat perbelanjaan yang kemudian menawarkan berbagai produk berupa sarana hiburan bagi anak-anak dan café sebagai tempat bersantai.

Model transaksi juga mengalami pergeseran, dimana antara penjual dan pembeli tidak harus bertemu langsung, tapi mereka mampu melakukannya dalam jarak yang jauh dengan menggunakan layanan jasa teknologi seperti telepon. Bahkan sekarang sudah dikembangkan model transaksi melalui media internet, yang sangat memungkinkan bagi para pelaku ekonomi melakukan transaksi secara cepat. Inilah yang kemudian disebut sebagai pasar maya (virtual market). Dalam teori ekonomi neo-klasik, cara transaksi jual beli barang melalui internet adalah sistem yang efektif, cepat dan produktif, karena transaction cost-nya akan berkurang dan relatif lebih murah.


GAYA HIDUP (LIFE STYLE)
Dalam melakukan ekspansi, para produsen harus jeli melihat kebutuhan pasar. Kebutuhan pasar (konsumen) sangat dipengaruhi oleh budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam praktek ekonomi, para produsen makin lihai dalam mengelabuhi keinginan pasar, dengan cara menciptakan image dan taste agar konsumen tertarik dan mau membeli barang produksinya.

Kondisi ini diciptakan melalui rekayasa keinginan pasar seiring dengan makin terpolanya cara berfikir dan gaya hidup konsumen. Contoh konkrit: citra jantan dan cantik telah begitu mengagumkan dimanipulasi oleh para produsen dengan cara menyodorkan produk tertentu (seperti rokok, obat khusus pria, kosmetik, dan obat khusus wanita) melalui media iklan. Seperti yang dikatakan oleh Andre Warnich bahwa dalam masyarakat yang makin kapitalistik, dimana komoditas merasuk ke sektor-sektor kehidupan yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan , budaya promosi (promotion culture) merupakan sesuatu yang tidak bisa dikesampingkan.

Agen terpenting dari budaya promosi adalah media masa baik cetak maupun elektronik, terutama melalui advertensi atau iklan. Iklan berfungsi sebagai media yang mengantarai interaksi antara produsen dan konsumen. Dengan iklan pula, kelompok pemasar komoditas menginterpretasikan dan mensosialisasikan nilai guna dari suatu komoditas dan memproyeksikannya ke pasar global. Karena itulah iklan merupakan bagian penting dan strategis untuk pemasaran komoditas.
Kita menyaksikan bahwa mekanisme pasar mampu dijalankan oleh produsen melalui media-media yang mudah diakses oleh konsumen. Televisi adalah media yang paling efektif untuk mempromosikan suatu produk kepada calon pembeli. Penayangan yang berulang-ulang dengan menampilkan bintang iklan terkenal yang merupakan publik figur, diharapkan mampu merangsang daya emosi penonton atau calon pembeli untuk membelinya. Di sini ada harapan akan tercipta interaksi simbolik ketika calon pembeli mencoba menerjemahkan simbol atau pesan yang ditawarkan oleh bintang iklan, kemudian ia berusaha untuk “menjadi” seperti bintang iklan yang diidolakan. Dalam kondisi seperti ini, pembeli (konsumen) seolah terhipnotis dan tidak lagi cerdas dalam memilih kualitas barang dan mengukur daya belinya.

Terlebih dengan berubahnya gaya hidup, telah mendorong produsen untuk lebih gencar lagi mempromosikan produknya melalui berbagai media dengan memberi berbagai fasilitas seperti jaminan garansi, sistem pembayaran dengan menggunakan kartu kredit, pemberian bonus yang menarik, sistem pembayaran cicilan dan jaminan lainnya yang lebih mudah. Alhasil banyak konsumen yang membeli barang bukan semata-mata didorong oleh kebutuhan (need), tapi sekedar untuk memenuhi keinginan (desire) guna menaikkan status. Di sini jelas bahwa kebutuhan konsumen akan barang bukan lagi bersifat natural, -sebagai pemenuhan kebutuhan yang memang harus ada-, tapi telah bergeser menjadi konstruksi budaya (culturally constructed) yang direkayasa oleh pasar (produsen).

Akhirnya dengan menggunakan tiga karakter yang disodorkan oleh Feather-stone, dapatlah dipahami bahwa tawaran berupa kesenangan (pleassure), mimpi-mimpi (dreams) dan status yang tinggi (high status), telah berhasil menggiring para konsumen untuk membelanjakan uang dan waktunya (westing money and time) untuk memenuhi gaya hidupnya (life style). Dan ini berhasil dibaca oleh para produsen.

URUN REMBUG: Kota Tambak Ke Depan

MENYISIR JALANAN KOTA TAMBAK BANYUMAS

Menyusuri jalan raya Tambak saat ini sungguh sangat mengagumkan. Jalan yang lebih halus dibanding beberapa tahun yang lalu, badan jalan yang lebih lebar, serta arus lalu lintas juga lebih lancar dan ramai. Maklum karena jalan ini masuk dalam kategori jalan nasional, sehingga perhatian pemerintah lebih intensif dalam upaya memberikan pelayanan kepada warganya, yang diharapkan dengan perbaikan sarana transportasi akan berimbas pada perbaikan perekonomian rakyat.

Secara mikro ini ditandai dengan bermunculannya banyak sentra ekonomi rakyat berupa berdirinya banyak pertokoan dan warung makan sepanjang jalan di Kec. Tambak. Meskipun masih terkonsentrasi di seputaran pasar Tambak ke arah timur, namun tahun-tahun ke depan diharapkan bisa merata ke wilayah Tambak bagian barat, yaitu dari ibu kota kecamatan ke barat sampai perbatasan dengan Sumpiuh.

Ada dampak sampingan dari ketersediaan infrastruktur transportasi ini, yaitu seringnya terjadi kecelakaan karena sikap kurang hati-hati para pegguna jalan, baik yang berkendaraan besar maupun kecil. Hal ini jelas menuntut kewaspadaan para users (pengguna jalan); pejalan kaki, sepeda onthel, sepeda motor, sampai kendaraan besar. Sungguh ini sangat kompleks dan menjadi PR bagi pemerintah khususnya instansi-instansi terkait karena hampir tiap hari terjadi kecelakaan baik kategori kecil maupun besar.

Kesemrawutan akan tampak terlebih ketika pada hari-hari libur, di mana semua jenis kendaraan tumpah di jalanan. Mobil-mobil yang mayoritas berplat B dan D banyak meluncur dengan kecepatan tinggi menikmati jalanan yang lurus halus dan lebar dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam. Di sisi lain ada beberapa pengguna sepeda motor juga tak mau ketinggalan, menyelinap bergerak cepat dan zig-zag yang jelas sering bikin terkejut pengguna yang lain.

Di tengah deru desingan knalpot kendaraan besar serta cepatnya laju kendaraan yang kadang dikemudikan oleh orang yang tak tahu betul medan jalan -, ternyata juga masih banyak nongol sepeda onthel dan pejalan kaki yang kadang juga sembrono memotong jalan. Alhasil … braaaak!!!!, ujung-ujung urusannya ke kepolisian dan puskesmas.

Menurut saya, juga kita semua, kesadaran dan ketaatan pada aturan berlalu-lintas jelas menjadi prioritas utama bagi semua pengguna jalan. Sehingga jangan sampai nyawa menjadi taruhan dan pemandangan umum tiap hari. Sikap sabar dan toleran di jalan raya mutlak diperlukan. Untuk instansi terkait saya mengusulkan: “tolong dibuatkan ZEBRA CROSS (zona selamat menyeberang) di beberapa titik misalnya : di depan SDIT Darul Falah Karang Turi, perempatan Gumelar, pertigaan SMP dan KUD, perempatan Karangpucung, pasar Tambak, pertigaan TOKO MENTARI timur pasar, depan Masjid Kauman Tambak”. Diperbanyak rambu-rambu lalu-lintas dan yang penting lagi adalah ketersediaan lampu penerangan jalan kala malam hari Diharapkan ini bisa memberikan rasa aman bagi para pengguna jalan dan menekan angka kecelakaan yang jelas tidak kita harapkan.

KOTA TAMBAK KE DEPAN

Laju pertumbuhan penduduk dan makin meningkatnya aktivitas perekonomian, sangat sinergis dengan ketersediaan layanan (service) yang diberikan oleh pemerintah baik dalam bidang kesehatan, pertanian, kesempatan menyampaikan pendapat dll. Tumbuhnya pertokoan dan pedagang “tenda” di sepanjang jalan raya tambak bak cendawan di musim hujan, mengindikasikan bahwa masyarakat mampu merespon tuntutan pasar dalam upaya peningkatan ekonomi keluarga.

Bukti konkritnya adalah merebaknya warung makan sate bebek sebagai makanan khas Tambak, baik yang permanen maupun semi permanen (tenda). Untuk saat ini memang tidak menjadi masalah serius. Tetapi untuk waktu ke depan, pemerintah yang berwenang mulai saat ini sudah harus memiliki master plan tata kota, yang memuat; regulasi (aturan) tentang pendirian bangunan, warung makan baik yang permanen maupun “tenda”; parkir kendaraan pengunjung warung sate sehingga tidak mengganggu lalu lintas; penertiban iklan; dan jaminan keamanan bagi semua warga baik yang asli Tambak maupun pendatang (musafir).

SATE BEBEK SEBAGAI MAKANAN KHAS

Berbicara soal SATE BEBEK, di sini saya mengusulkan kepada pihak-pihak terkait khususnya Pemerintah Kecamatan dan Kabupaten;

A. Pentingnya mengangkat SATE BEBEK sebagai makanan khas sekaligus ciri khas Kota Tambak. Bila melihat fenomena sekarang ini, jelas, bahwa SATE BEBEK, sudah menjadi trade mark Kota Tambak, terbukti banyak pembeli dari berbagai daerah sengaja menyempatkan untuk menikmati aroma nikmat sate bebek. Terlebih pada hari-hari libur.

B. Perlunya promosi sate bebek yang dilakukan oleh para stake holder di Kabupaten Banyumas. Dengan harapan akan menyerap banyak tenaga kerja, menciptakan kemandirian ekonomi masyarakat (produktivitas masyarakat) yang akhirnya meningkatkan kesejahteran warga .

C. Penempatan warung sate bebek, khususnya yang model “tenda” secara tepat dan tertib. Bila tidak maka akan menimbulkan masalah yang kompleks, lingkungan yang kotor, kesemrawutan perparkiran, dan hilangnya keindahan kota.

D. Ada jaminan keamanan bagi semua warga dan penikmat sate bebek. Karena pernah beberapa kali terjadi pencurian barang bawaan para penikmat sate bebek, khususnya yang datang dari luar daerah atau para musafir.

E. Sudah saatnya pemerintah atau pihak pemilik modal seperti bank memberikan modal bagi para penjual sate bebek agar dapat meningkatkan produktivitasnya, khususnya pada mereka yang bermodal pas-pasan. Syukur-syukur lunak sifatnya.

Demikian corat caret saya, urun rembug sebagai warga Tambak, semoga bermanfaat.

Sekian……..nuwuuunnn….