ta'aruf

Foto saya
Orang biasa, belajar lewat diskusi dan sharing ide, berusaha terbuka terhadap pemikiran orang dan referensi, dan yang penting punya prinsip tentang kebenaran.Senang bersilaturrahmi dan berbagi untuk semua.

Rabu, 13 Januari 2010

Empat Kebahagiaan Hidup Di Dunia



Siapa orangnya yang tidak menginginkan kebahagiaan dalam hidup di dunia. Setiap dari kita pasti menginginkannya. Karena kebahagiaan itulah yang menjadikan kita merasakan ketentraman, kedamaian dan kenyamanan dalam mengarungi hidup ini. Tanpa kebahagiaan orang akan merasakan bahwa hidup ini kosong, tidak bermakna (meaningless), menyengsarakan, penuh nestapa dan siksaan. Oleh karena itulah, kita menyaksikan ada orang yang tega mangakhiri hidupnya dengan bunuh diri dikarenakan dia tidak mendapatkan kebahagiaan dalam hidup (happy life).

Namun, kebahagiaan (happiness, assa’adah) bagi tiap orang akan berbeda dalam asal-usul, bentuk dan hakekatnya yang itu sangat bergantung pada masing-masing individu dan ditentukan oleh nilai, status sosial, pengetahuan, umur, dan backgraound yang dimilikinya. Dus, kebahagiaan itu bersifat relatif , dimana setiap orang akan memaknai dan merasakan secara berbeda-beda. Apalagi ketika kebahagiaan itu sebatas urusan dunia yang profane dan temporal.
Bagi seorang anak kecil, bahagia adalah ketika ia memiliki mainan anak-anak yang disukainya, yang ini justru tidak menjadi sumber kebahagiaan bagi orang yang sudah dewasa. Sedang bagi orang yang terkena penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati), bahagia adalah ketika dirinya bergelimang dengan kekayaan, dikerumuni wanita cantik- (wanita yang dikerubuti banyak laki-laki), - kebebasan dalam hidup yang tidak terbatasi oleh aturan dan orang lain, memilki kekuasaan melebihi atas orang lain, kendaraan yang mewah dsb. Lain lagi bagi seorang petani, bahagia adalah ketika hasil pertaniannya bagus dan mendatangkan keuntungan yang banyak dan hidup tenang tanpa gangguan orang lain dan tikus-tikus jalang.

Bagi seorang muslim, kebahagiaan tidak identik dengan kepemilikan materi yang melimpah dan property yang bernilai duniawi. Dunia itu penting, karena sebagaimana kata Rasulullah SAW bahwa, dunia adalah ladang akherat. ”Addunya mazro’atul akhirah.”. Dunia bak ladang bertanam amal kebaikan bagi orang yang beriman untuk kelak bakal menuai kebaikan di akherat. Siapa saja yang tidak menggunakan kesempatan bertanam amal kebaikan, maka di akherat dirinya bakal menuai hasil kejelekan dan penyesalan.

Dan, jangan lupa, bahwa bagi orang yang beriman, kebahagiaan dunia bukanlah suatu yang bersifat khayali, tapi sebaliknya kebahagiaan itu memang ada,seiring dirinya tekun beramal shaleh untuk meraup kebahagiaan yang hakiki. Baginda Rasulullah Shallallhu ‘alaihi wa sallam berkata :

اربع من السعادة : المرأة الصالحة والمسكن الواسعة والجار الصالح والمركب الهنىء—واربع من الشقاء: الجار السوء والمرأة السوء والمركب السوء والمسكن الضيق (رواه أبن حبان)
“Ada empat hal yang termasuk kebahagiaan seseorang: istri yang shalehah, tempat tinggal yang lapang, tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman. Dan empat hal yang termasuk kesengsaraan seseorang : tetangga yang jelek, istri yang jelek (tidak shalehah), kendaraan yang jelek dan tempat tinggal yang sempit”.

Dalam hadist ini jelas bahwa kebahagiaan di dunia di antaranya ada empat yang itu dihadiahkan bagi orang yang beriman. Pertama: istri yang shalehah yaitu istri yang taat dalam beribadah dan taat pada suami. Tidak sekedar cantik tapi lebih dari itu, yaitu ketaatan dalam memegang dinul islam. Inilah figur perempuan yang selalu terucap dalam doa setiap suami yang shaleh : “Ya Allah, karuniakanlah kepada kami, hiasan mata berupa istri dan anak yang shaleh dan shalehah”. Kedua: tempat tinggal atau rumah yang lapang. Syukur rumah itu berukuran luas sehingga tidak pengap dan penuh sesak, sehingga leluasa untuk berkumpulnya sepasang suami istri dan anak yang banyak. Namun makna substantifnya adalah hadirnya suasana rumah yang damai, berhiaskan nilai-nilai islami, jauh dari pertengkaran, tempat yang nyaman bagi semua penghuninya,--meskipun ukuran tidak begitu luas—sehingga aroma syurgawi betul-betul menaungi seluruh kaluarga. Ketiga: tetangga yang baik, yaitu orang-orang yang hidup di sekeliling kita. Bersama merekalah kita bertemu untuk pertama kali dan kepada merekalah kita saling berta’awun. Sedang yang keempat; kendaraan yang nyaman. Kepemilikin kendaraan sangat bergantung pada tingkat ekonomi dan kemauan seseorang. Bagi seorang mukmin, kendaraan apapun, apakah itu mobil keluaran terbaru ataupun tua, sepeda motor…. apapun bentuknya, sampai sepeda onthel sekalipun, asal dirawat maka akan enak dan nyaman untuk dikendarai. Tentunya disertai dengan rasa syukur pada Allah SWT.

Semoga kita mendapatkan empat kebahagiaan hidup di dunia ini dan juga kebahagiaan yang hakiki di akherat kelak. Amien.

Wallahulmusta’aan. By abu farros