ta'aruf

Foto saya
Orang biasa, belajar lewat diskusi dan sharing ide, berusaha terbuka terhadap pemikiran orang dan referensi, dan yang penting punya prinsip tentang kebenaran.Senang bersilaturrahmi dan berbagi untuk semua.

Rabu, 27 Januari 2010

Nasehat Serba Empat


NASEHAT AGAR HIDUP BAHAGIA

Ibnu al-Qoyyim al-Jauziyyah adalah murid dari Syaikhul Islam, al-Imam Ibnu Taimiyyah, memberi nasehat tentang bagaimana agar manusia dapat meraih kebahagiaan (assa’aadah) hidup di dunia ini. Kebahagiaan yang dilandasi oleh keikhlasan hati dan sikap tawadhu, yang tercermin dari pribadi muslim yang senantiasa mengharap ridho Allah SWT. Bukan kebahagiaan yang lahir karena limpahan harta dan kesenangan duniawi, yang tak lain hanyalah sebentuk kebahagiaan semu. Namun sayangnya…, manusia justru sering terlenakan oleh gemerlap dan kemeriahan dunia yang tak bermakna dan hampa, yang ending-nya akan menyengsarakan dirinya. Kesenangan dunia yang didambakannya hanyalah sekejap saja namun kenestapaan dan kehinaan akan begitu lama menghantui.

Ada nasehat dari beliau yang serba empat yang terurai secara tegas dalam kitabnya “Metode Pengobatan Nabi”. Nasehat singkat namun padat makna yang hakekatnya memberi dorongan dan tuntunan agar kita sebagai manusia memperoleh kebahagiaan dan kesuksesan dalam hidup. Dan juga nasehat beliau tentang serba empat hal yang harus kita tinggalkan; yaitu:

A. Empat hal yang memperkuat penglihatan:

1. Duduk menghadap kiblat (ahli ibadah dan dzikir pada Allah),2. Memakai celak sebelum tidur,3. Melihat pemandangan yang menghijau,4. Gemar membersihkan majlis pertemuan

B. Empat hal yang melemahkan pandangan:

1. Melihat yang kotor-kotor, 2. Melihat salib, 3. Melihat kemaluan wanita, 4. Duduk membelakangi Ka’bah

C. Empat hal yang memacu kemampuan otak:

1. Meninggalkan ucapan yang kotor, 2. Rajin bersiwak, 3. Duduk bersama orang shaleh, 4. Berkumpul dengan para ulama

D. Empat hal yang menghancurkan:

1. Suka mermuka murung, 2. Memendam kesedihan, 3. Kelaparan, 4. Gemar begadang

E. Empat hal yang menggembirakan hati:

1. Melihat yang hijau-hijau, 2. Melihat air bening yang mengalir, 3. Melihat orang yang dicintai, 4. Melihat buah-buahan

F. Empat hal yang memperkuat badan:

1. Mengenakan pakaian yang lembut, 2. Rutin (disiplin) ke kamar mandi,

3. Cukup makan yang manis dan berlemak, 4. Mencium bau yang harum lembut

G. Empat hal yang menghilangkan keceriaan wajah:

1. Dusta, 2. Sikap kurang-ajar, 3. Maksiat, 4. Banyak bertanya tanpa ilmu.

H. Empat hal yang menumbuhkan keceriaan wajah:

1. Memiliki kewibawaan, 2. Menepati janji, 3.Bermurah hati, 4.Taqwa pada Allah

I. Empat hal yang menimbulkan kemarahan:

1. Kesombongan, 2. Rasa dengki, 3. Bohong, 4. Suka adu domba

J. Empat hal yang mempermudah rezeki:

1. Shalat malam, 2. Istighfar sebelum fajar, 3.Bershodaqoh, 4. Dzikir di awal dan akhir siang

K. Empat hal yang menghalangi rezeki:

1. Suka tidur pagi, 2. Sedikit shalat, 3.Pemalas, 4. Khianat

Demikian nasehat kepada kita, mudah-mudahan kita bisa melazimi apa yang dicontohkan beliau dan juga meninggalkan apa yang tidak baik, yang insya Allah pada akhirnya kita akan mendapatkan kebahagiaan hidup di dunia ini dan juga di akherat kelak. Amien…. Wallahulmuaffiq.

Senin, 25 Januari 2010

Fundamentalisme dan Agama


FUNDAMENTALISME : ANTARA STIGMA DAN REALITAS

Oleh: A.Farrosy

PENDAHULUAN

Ketika mendengar sebutan fundamentalisme maka yang terbersit dalam pikiran kita adalah kelompok orang atau gerakan yang dalam usahanya cenderung memakai cara-cara kekerasan, tidak bersikap toleran dengan kelompok lain (intolerance) dan menganggap diri yang benar (truth cliam). Fundamentalisme bukan menjadi monopoli agama atau ideologi tertentu, tetapi ia bisa tumbuh dan berkembang di setiap agama dan ideologi di mana saja.

Banyak pakar berpendapat bahwa fundamentalisme pertama lahir pada tradisi Protestan khususnya di Amerika Serikat. Dalam beberapa literatur, istilah ini memang selalu dikaitkan dengan tradisi Kristen Protestan, yakni salah satu sekte keagamaan yang cenderung manafsirkan teks-teks agama secara kaku (rigid) dan harfiah (litetalis/textualis), serta cenderung defensif terhadap modernisme. Dengan kata lain, ia merupakan keyakinan akan kebenaran mutlak Bible dan menegaskan perlawanan terhadap ilmu pengetahuan sekuler.

Secara essensial sikap fundamentalisme merefleksikan sikap tidak percaya pada kemampuan rasionalitas dan lebih menekankan aspek emosionalitas, tidak mau menggunakan nalar manusia dalam menyelesaikan persoalan pokok (ultimate problems), sebaliknya segalanya dikonsultasikan pada lembaga ketuhanan (divine agency). Fundamentalisme berdiri melawan pemikiran liberal yang lebih mengacu pada positivisme dan bertumpu pada arus sekulerisme yang tegas-tegas mendikotomikan antara agama dan ilmu pengetahuan serta urusan agama (gereja) dan urusan negara. Yang pada batas-batas tertentu liberalisasi pemikiran- yang dalam bahasa Weber disebut era positifistik- memunculkan fenomena “Tuhan telah mati” Nietzsche, Radical Empirisme Hume, Positivisme Comte, Positivisme Logis Carnap, Sekulerisme dan ilmu pengetahuan yang rasional-empirik, sampai pada Deisme dan Agnotisme. (Zainul Abbas, 2003: 56).

Dalam type of social action-ya Weber, fundamentalisme didasarkan pada motif wertrationalitat yang didorong oleh keyakinan yang mendalam bahwa agama memiliki kebenaran mutlak yang tidak diragukan lagi (undebatable). Fundamentalisme memposisikan hukum dan wahyu Tuhan (syari’ah dalam Islam) di atas hukum dan rasionalitas manusia. Sementara kelompok liberalis-sekuleris-modernis condong menggunakan motif zweckrationalitat yang lebih bertumpu pada kemampuan akal (rationalization) dalam mencapai tujuan. (David Jary & Julia Jary, 1991: 671)

Dalam perkembangannya, istilah fundamentalisme makin meluas pada beberapa agama. Di India misalnya, ada fundamentalisme Hindu yang sangat radikal menentang kebijkan pemerintah yang dirasa merugikan mereka. Kemudian di Irlandia juga muncul gerakan fundamentalis Protestan dan Katolik yang saling berhadap-hadapan. Kemudian di Israel juga muncul sekte Yahudi yang sangat radikal dan keras apalagi ketika menghadapi persoalan Palestina yang mayoritas muslim. Tidak jarang gerakan fundamentalis ini menghalalkan tindak kekerasan (violence) dalam aksinya demi tercapainya tujuan dengan anggapan bahwa merekalah yang benar secara teologis, dan dengan aksi seperti ini mereka berharap lebih mendapat perhatian dari mata internasional.

Lalu bagaimana dengan Islam ?

FUNDAMENTALISME DALAM ISLAM

Penulis berpendapat bahwa fundamentalisme tidak identik dengan Islam apalagi menyatu dengan Islam, dengan alasan bahwa awal kemunculan fundamentalisme dalam Protestan sangat berbeda dengan apa yang ada dalam Islam. Martin Van Bruinessen ( 1998: 65) mengatakan bahwa dalam konteks Islam terdapat latar belakang intelektual dan politik yang berbeda, sehingga pelabelan fundamentalisme sering menimbulkan kerancuan. Dalam masyarakat muslim kecenderungan untuk menafsirkan teks-teks keagamaan secara tekstual dan rigid memang sempat ditemui, yang dengan alasan itulah kemudian istilah fundamentalisme Islam dilekatkan pada mereka oleh para orientalis dan Islamisis Barat.

Stigmatisasi bahwa fundamentalisme identik dengan Islam, bahkan dalam agama ini pula tumbuh subur bibit radikalisme, adalah tidak lepas dari skenario Barat dengan dukungan media yang menderita Islamo-phobia guna menyudutkan Islam. Pasca tumbangnya blok timur dengan ideologi komunismenya, menjadi berita gembira bagi Barat sekaligus menggelisahkan karena pasti akan ada musuh baru bagi mereka. Terlebih lagi Samuel Huntington, seorang pakar politik internasuional AS, mengeluarkan tesis tentang The Clash Of Civilization yang secara tersamar menyebutkan bahwa Islam akan menjadi ancaman bagi Barat. Agaknya Barat dengan dikomandani AS mengamini tesis ini yang kemudian membuat kebijakan yang radikal terhadap Islam, yang mereka klaim sebagai kebijakan pre-emptif (pre-emptive policy).

Sebetulnya tesis Huntington ini banyak ditentang oleh orientalis Barat yang lebih akomodatif terhadap Islam, yang salah satunya adalah John L. Esposito yang menulis buku tentang : Islamic Threath: Myth or Reality? Dalam tulisannya, ia berkeyakinan bahwa sebetulnya bagi Barat Islam hanya pseudo enemy, musuh bayangan rekayasa Barat. Barat tengah mengalami paranoid! Tapi Barat sudah terlanjur takut dan termakan oleh tesis Huntington, maka dengan segala upaya diarahkan pada penciptaan stigma bahwa Islam adalah musuh yang radikal, gerakan fundamentalis yang akan mengancam hegemoninya.

Selepas peristiwa hancurnya gedung WTC (11 September), AS lebih curiga lagi bahwa pelakunya adalah dari kelompok tertentu dari agama tertentu, yaitu Islam. Tudingan tidak berdasar ini kemudian melahirkan kebijakan agresif AS dalam kancah politik internasional, khususnya ketika menghadapi negara-negara Islam sektarian seperti Iran, Irak, Afganistan, Yordania, Arab Saudi, Sudan dan beberapa negara mayoritas muslim Asia Tenggara, yang disinyalir manjadi the nest of terrorism. Tidak terkecuali adalah Indonesia.

KONTEKS INDONESIA

Dalam konteks Indonesia, peristiwa Nine One-One yang menghancurkan gedung WTC dan bom di Legian Bali, setidaknya menjadi alasan kuat bagi Barat untuk menuding bahwa Indonesia menjadi persemaian bibit terorisme di Asia yang sewaktu-waktu mengancam kepentingan Barat (AS) di Seluruh dunia. Barat merekomendasikan bahwa ada beberapa kelompok Islam radikal di Indonesia yang mengembangkan paham fundamentalis, sebagai misal: Front Pembela Islam (FPI) pimpinan Habib Rizieq, Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) pimpinan Abu Bakar Ba’asyier serta Kelompok Salafy (dulu Farum Komunikasi Ahlu as-Sunnah Wa al-Jama’ah –FKAWJ- pimpinan Ja’far Umat Thalib) (Endang Turmudi & Riza Sihbudi: 2005: 121-122)..

Untuk yang terakhir, belakangan (sekitar tahun 2003) mengalami perpecahan menyusul keluarnya fatwa dari Mufti mereka di Arab Saudi yang berisi: “tidak layak berimam pada Ja’far Umar Thalib karena yang bersangkutan sudah keluar dari paham Salafiyyah”. Sepengetahuan penulis selama mendalami dan melakukan penelitian melalui pengamatan partisipatoris, friksi dan pertentangan di kalangan mereka yang mengklaim diri sebagai penerus paham Salafiyyah memang sangat keras, sehingga ada semacam konsensus diam-diam untuk tidak berguru pada ustadz di luar kelompoknya, dengan alasan yang bersangkutan adalah ahli bid’ah, pengikut paham sururiyyah, atau mu’tazilah.

Ketiganya (FPI, MMI, Salafy) membangun jaringan baik regional maupun internasional dan memiliki paham kegamaan yang sama di Timur Tengah, yang tumbuh dari paham Sunni. Selain Sunni ada paham lain yang juga berpengaruh luas sampai di Indonesia yaitu Syiah yang berpusat di Iran. Ini seperti teori modelnya Earle H. Waugh ketika melihat Islam konteks Timur Tengah. Sunni sebagai sebuah paham yang identik dengan salafiyyah sudah lama berkembang pesat di Arab Saudi berkat dukungan pemerintahan yang ada, sampai sekarang ini. Pada tahun 1970-an, Arab Saudi telah berhasil melakukan transformasi secara keseluruhan pada model-model salafisme yang puritan, konservatif dan literalis. Paham ini berkembang pesat ke seluruh negara muslim termasuk di Indonesia dalam berbagai bentuk dan aktifitas.

Di Indonesia paham ini terus berkembang dengan banyak pengikut yang aktif di berbagai bidang seperti dakwah, pendidikan, budaya, ekonomi maupun politik. Maka kita bisa melihat orang-orang (mereka) yang punya semangat spiritual-religioucity yang tinggi berasal dari berbagai latar belakang yang berbeda, keluaran pendidikan agama, Perguruan Tinggi Umum, baik dalam maupun luar negeri, serta tingkatan ekonomi yang beragam. Demi melihat fenomena ini, Muhammad Sa’id al-Asymawi membedakannya menjadi: “activist political fundamentalism” dan “rationalist spiritualist fundamentalism” (Zulfi Mubarak, 2006: 191)

Sementara paham Syi’ah menemukan momentum pentingnya pasca tumbangnya Syah Pahlevi di Iran sebagai boneka AS, oleh Imam Khomeini bersama para pendukungnya. Revolusi Syi’ah di negeri para mullah ini kemudian menjadi inspirator bagi kebangkitan Islam (Syi’ah) di seluruh dunia. Meskipun tidak sebesar Sunni, di Indonesia Syi’ah juga berkembang secara militan dengan dukungan dana yang kuat dari Republik Islam Iran.

Dua model di atas bisa tumbuh dan berkembang pesat dan bisa menjadi sebuah kekuatan alternatif di dunia,- sehingga di mata AS nampak sebagai musuh semu yang berbahaya (the pseudo dangerous enemy)-, dikarenakan adanya dukungan dari kekuasaan (power) yang sedang berkuasa di dua negara minyak Timur Tengah yaitu Arab Saudi dan Iran. Tanpa adanya dukungan dari kekuasaan, maka kecil kemungkinan kadua model tersebut bisa berkembang. Inilah yang dikatakan oleh Foucoult melalui discurse analysis-nya, sebagai relasi yang saling menguntungkan antara power dan pengetahuan (ajaran, paham agama). Karena ketakutan yang berlebihan itulah, AS menerapkan kebijakan yang keras kepada dua negara metro dolar Timur Tengah. Iran terlihat lebih sulit untuk masuk dan tunduk dalam strategi AS termasuk dalam memerangi terorisme, sehingga negara ini berada dalam bayang-bayang agresi negara polisi dunia. Ini berbeda dengan Arab Saudi yang nampak lebih lunak dan terkesan “membebek” pada Amerika. Namun, bagi penulis, sikap Arab Saudi yang cenderung lunak bisa diartikan sebagai strategi jitu untuk melindungi keamanan negaranya dari serangan luar, termasuk dari ekspansi Syi’ah Iran. Dalam hal ini, Arab Saudi belajar dari pengalaman Irak yang diserang habis-habisan oleh Amerika dan juga menghadapi perseteruan dengan Iran soal hubungan Sunni-Syi’ah.

Untuk kasus Indonesia, dengan prototype seperti FPI, MMI dan Salafy, kriteria fundamentalisme seperti yang ada di Protestan, sejatinya tidaklah tepat. Kalau fundamentalisme Protestan awal adalah sangat anti modernisasi, maka sebaliknya ketiga prototype gerakan di atas sangat wellcome dengan modernisasi dan perkembangan sains dan teknologi. Bahkan untuk menyebarkan visi dan missinya, mereka sangat akrab dengan penggunaan teknologi canggih, mereka tidak lagi canggung karena banyak di antara mereka yang berpendidikan tinggi. Seperti telah dibahas di depan, mereka memiliki kemampuan untuk akses luas ke dunia luar maupun melakukan propaganda. Sehingga mereka lebih fleksibel, inklusif dan penetratif ke segala lini, yang ini berbeda bila di banding dengan muslim di Timur Tengah. Inilah yang bikin Amerika was-was.

RADIKALISME ATAU REVIVALISME

Banyak kalangan berpendapat bahwa gejala radikalisasi agama bukanlah dipicu oleh semakin baiknya pemahaman umat pada agamanya, tapi lebih dipicu oleh tekanan dari luar. Dalam konteks ini, kebijakan AS yang radikal dan merugikan umat Islam lah yang justru memberi andil besar dalam melahirkan sikap resistensi umat Islam dalam rangka membela diri (defensive action) menghadapi kepongahan negara adi daya ini. Celakanya, sikap umat Islam yang seperti itu diterjemahkan oleh AS sebagai bentuk radikalisme, ekstrimisme, fundamentalisme bahkan aksi terrorisme. Atau jangan-jangan AS sedang memainkan skenario besar (grand design) dalam upaya menggiring semua yang dianggap sebagai musuh masuk ke dalam perangkapnya.

Sebagai world police, dalam kaca mata Habermas, AS sedang melakukan hegemoni kekuasaan di segala aspeknya; ekonomi, budaya, penguasaan sains dan teknologi serta militerisme. Semua orang harus tunduk, dengan propagandanya :

” Bersama kami memerangi teroris, atau menjadi musuh kami!”. Dalam rangka itu semua, AS sedang merekayasa tatanan dunia (world order) sesuai dengan kehendaknya, dalam arti semua negara dengan ideologi dan agama apapun harus tunduk pada kemauannya . Agaknya kebijakan AS lebih mengacu pada pendekatan Parsonian dengan teorinya Fungsionalisme Struktural yang merekomendasikan urgensi atau keharusan akan tertibnya semua unsur-unsur yang menjadi bagian dari masyarakat (masyarakat tatanan dunia model AS). Ketika ada bagian yang menyimpang (deviance), maka harus ditumpas. Dalam perspektif Amerika, Kebangkitan Islam yang dianggap sebagai Islam radikal, fundamentalis dan ekstrimis dikategorikan sebagai fenomena menyimpang (deviance phenomenon), konsekwensinya harus dihadapi, dieliminir kalau perlu dihancurkan.

PENUTUP

Sangat menarik analisis dari pemikir Islam terkenal, Fazlur Rahman, bahwa fenomena kebangkitan Islam ini sebagai bentuk revivalism dalam artian umat Islam kembali memiliki semangat untuk melaksanakan ajaran agama (collective turning point) (Jamhari & Jajang Jahroni, 2004: 12). Sementara itu Asyumardi Azra lebih melihat bahwa fenomena massifikasi ghirah/spirit/commitment umat Islam Indonesia dalam mengimplementasikan ajaran agamanya, diinspirasi oleh paham Salafiyyah yang bersifat cair dan moderat. Oleh karena itulah ia mengistilahkannya sebagai Salafiyyah Wasathiyyah (Salafiyyah Moderat). Dan proses moderasi Islam Indonesia seperti yang digambarkan di atas tidak luput dari peran besar Islam mainstrem yang telah lama ada sebelumnya yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama. Dari uraian di atas jelaslah, bahwa kebangkitan Islam bukanlah sebentuk fundamentalisme, radikalisme dan ekstrimisme apalagi terorisme seperti yang diciptakan oleh Barat. Karena penulis yakin bahwa Islam is rahmatan lil’ alamin. Semoga.

*penulis adalah book lover, pernah nyantri di ppwi karangduwur..

Minggu, 24 Januari 2010

Empat Tipe Manusia

EMPAT TIPE MANUSIA

Dalam hidup keseharian (everyday life) kita tidak bisa lepas dari kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Karena ini adalah watak dasar yang dimiliki oleh manusia semenjak lahir sampai mati. Bahkan manusia akan merasa diri tidak sempurna manakala dirinya tidak mampu melakukan komunikasi dan interaksi dengan orang lain. Manusia adalah homo socius, artinya terikat dan membutuhkan orang lain baik hubungan yang bersifat personal ( face to face relationship) maupun impersonal (menggunakan media). Baik dalam masyarakat yang bersifat paguyuban sebagai ciri hubungan personal yang umumnya berkembang di daerah perdesaan, maupun patembayan dimana hubungan dibangun atas dasar kepentingan dan pembagian kerja (division of labor).

Hubungan tercipta karena masing-masing individu merasa diri kurang sehingga keterlibatan dirinya dengan orang lain menjadi sebuah keniscayaan. Orang sekaya apapun dengan gelimang harta dan kejayaan, ketika tubuhnya digerogoti oleh penyakit, maka dirinya akan mambutuhkan pertolongan seorang dokter. Seorang dokter yang tiba-tiba mobil terbarunya mogok di tengah jalan, maka dia membutuhkan bantuan seorang mekanik. Seorang petani dengan tanah yang luas akan membutuhkan buruh kasar untuk menggarap sawahnya sampai musim panen. Perumahan mewah, pusat perbelanjaan dan rumah sakit akan butuh hadirnya para buruh kasar untuk membersihkan sampah-sampah yang berserakan. Bahkan ketika manusia mati sekalipun, dirinya masih tetap membutuhkan orang lain untuk merawatnya. Intinya adalah bahwa hidup manusia di dunia ini mutlak bersifat interdependensi (saling butuh dan tergantung). Dalam perspektif Islam inilah yang disebut ‘ta’awun’.

Dalam menjalani interaksi dalam hidup, kita pasti akan menemui beragam tipe manusia, yang saling berbeda dalam adat, kebiasaan, bahasa,dan agama. Salah satu tipe yang menjadi karakter manusia yang berpengaruh pada pembentukan sikap (attitude), peran dan status (role and status), adalah yang berkaitan dengan pengetahuan. Pengetahuan dalam arti luas, yang mencakup sikap pribadi seseorang yang merefleksikan sejauhmana dirinya mampu menghadapi masalah dan bagaimana menempatkan posisinya di tengah orang banyak (playing role). Begitu pula sejauhmana kematangan seseorang dalam beragama yang meliputi ilmu agama dan perilaku agama (sikap, cara berpikir dan amal).

Al-Khalil bin Ahmad, seperti dikutip oleh al-Imam al-Mawardi dalam kitabnya “Adabud Dunya wad Dien” mengatakan, bahwa manusia dibagi menjadi empat kategori:

1. Orang yang mengerti (pandai) dan dirinya tahu kalau dirinya mengerti (pandai), dia adalah orang yang alim, maka bertanyalah kepadanya. Beruntunglah kita bila bertemu dengan orang yang memiliki tipe ini, karena di samping dirinya adalah orang yang alim dan ahli beramal kebaikan, juga menjadi tempat bagi kita untuk berguru tentang ilmu agama. Bila dia adalah seorang arsitek, maka bagi kita untuk bertanya tentang segala hal yang berkait dengan arsitektur bangunan . Bila dia adalah ahli pertanian maka bagi kita untuk tertanya tentang bagaimana cara bercocok tangam yang baik.

2. Orang yang mengerti (pandai) dan (tapi) dirinya tidak tahu kalau dirinya mengerti (pandai), dia adalah orang yang sedang lupa, maka ingatkanlah dia. Sangat bisa jadi dalam keseharian, kita menjadi atau bertemu dengan orang yang seperti ini. Ada orang yang sebetulnya sangat mengerti tentang sesuatu, tapi dia tidak menyadari bahwa dirinya pandai dan menguasai sehingga ilmunya tidak memberikan kemaslahatan bagi dirinya dan orang banyak, maka hakekatnya orang ini harus diingatkan, ‘digugah’ agar potensi yang dimiliki bisa bermanfaat. Atau orang yang pandai dalam urusan agama, tapi dia tidak mau mengamalkannya atau suatu saat melanggar aturan agama, maka dirinya sedang terperosok dalam kubang kealpaan, maka ianya juga harus diingatkan dan diluruskan agar masuk kembali pada mainstream agama. Bisa jadi kita adalah orang yang sering masuk dalam kategori ini. So…..jelas sekali bahwa kita haruslah sering-sering untuk diingatkan, dan tidak tersinggung bila dingatkan oleh orang lain, siapapun orang itu.

3. Orang yang tidak mengerti (pandai) dan dirinya tahu kalau dirinya tidak mengerti (pandai), dia adalah orang yang sedang mencari petunjuk (pengetahuan), maka berilah dia petunjuk atau ajarilah dia ilmu pengetahuan. Beruntunglah orang yang seperti ini, walaupun bodoh tapi semangat untuk meraih ilmu pengetahuan tetap tinggi. Dia adalah seorang ‘pelajar sejati’, atau orang yang dengan kondisi dan status apapun memiliki spirit untuk belajar dan mencari tahu agar dirinya bisa lepas dari kepandiran dan kegelapan menuju kecerdasan dan kecerahan hidup.

4. Orang yang tidak mengerti (bodoh) tapi dirinya tidak mau tahu kalau dirinya tidak mengerti (bodoh), dia adalah orang yang jahil (tolol, pandir), maka jauhilah dan jangan sekali kali mendekatinya. Tidak sedikit dalam masyarakat, kita menemukan orang-orang yang memiliki tipe seperti ini. Sudah bodoh, tapi tidak mau belajar agar terbebas dari kebodohan. Sudah bodoh tapi selalunya menutup mata, telinga dan hatinya dari ajakan kebaikan dan kebenaran agama, maka hakekatnya orang seperti ini adalah orang yang tolol dan pandir. Nasehat dari orang lain dan ilmu yang diajarkan oleh orang kepadanya hanya dianggap angin lalu dan kata-kata tiada guna. Potensi pada dirinya tidak diasah, hatinya tidak dituntun oleh kebenaran Islam sehingga Allah SWT men-vonis mereka seperti binatang. Bahkan posisinya lebih sesat dan hina dibanding binatang!!!!. Orang seperti ini, hatinya diselubungi oleh kerak kesombongan sehingga selalunya menolak kebenaran (alhaq) dan meremehkan orang lain.

Tidak ada untungnya bersahabat dan berteman dengannya. Sebab hanya kerugian yang akan diperoleh manakala kita berteman dengannya. Tinggalkan dan jangan sekali-kali berteman dengannya!!!!

Akhirnya, marilah kita berintrospeksi diri: masuk kategori yang manakah kita ini? Jangan sampai kita masuk dalam tipe manusia yang keempat, sebab hanya kerugian dan ketololan hiduplah yang akan didapat. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Wabillahittaufieq walmusta’an.

Jumat, 22 Januari 2010

Masjid Kauman Tambak Banyumas


Salah satu tempat yang menjadi kebanggaan masyarakat Tambak adalah Masjid Kauman, yaitu Masjid Baiturrahman. Sekilas masjid ini tampak sederhana dengan bangunan tua, klasik dan tidak menunjukkan sebagai masjid yang berarsitektur moderen. Ini berbeda dengan masjid-masjid baru yang sangat menonjolkan tampilan luar yang megah. Bisa jadi karena memang kamunitas muslim setempat menginginkan dipertahankannya model bangunan yang ada yang memang lebih mengesankan sikap tawadhu dalam bangunan. Atau bisa jadi sudah muncul kesadaran akan lebih pentingnya amaliyah sebagai bukti nilai substansial (content), dari pada penonjolan aspek luaran (performa/form).

Lepas dari itu semua, yang jelas, masjid ini bila dibandingkan dengan masjid-masjid lain, lebih memiliki keunikan, kenyamanan, keteduhan, kebersamaan dan sekaligus sebagai perekat umat. Sesuatu yang menyenangkan dari masjid ini adalah selalu banyak orang yang berjamaah dalam melaksanakan shalat lima waktu. Sepengetahuan saya, shalat shubuhpun banyak jamaah yang datang , sekitar 50 orang lebih. Ini akan lebih banyak lagi pada waktu shalat dhuhur, ashar, maghrib dan isya. Meskipun, --maaf--, das saint (pada kenyataannya), banyak pula orang yang dekat masjid, hatinya justru jauh dari masjid. Ini jelas harus dirubah dan didakwahi lebih intensif oleh para ustadz dan kyai.!!!!!

Lokasinya sangat strategis persis di utara jalan besar Tambak, kurang lebih 500 meter dari pasar tambak. Berdekatan dengan Kantor KUA Tambak , berhalaman luas sehingga sangat nyaman untuk parkir kendaraan roda empat. Biasanya tiap lebaran masjid ini menjadi persinggahan para musafir. Masjid ini relative bersih karena memang menugaskan orang untuk merawat dan menjaga kebersihan masjid dalam upaya meningkatkan pelayanan bagi para jama’ah.

Disebut Kauman karena tidak lepas dari penamaan atau pemberian identitas oleh masyarakat muslim Indonesia. Kaum berasal dari bahasa arab, yang berakar kata dari qooma yaquumu, qauman, yang berarti mendirikan,menegakkan shalat dan taat beragama. Secara epitimologis Kauman adalah sekumpulan umat muslim yang menempati satu wilayah yang biasanya berdekatan dengan masjid, yang menunjukkan ketaatan dalam beragama, solidaritas (ukhuwwah yang tinggi), dan memiliki hubungan kekerabatan yang dekat dan kuat. Pada perkembangannya sifat masyarakat kauman yang homogen, pelan tapi pasti bergeser menjadi heterogen.

Pada zaman Belanda, komplek Kauman biasanya ditempatkan di sebelah barat tepat berhadapan dengan alun-alun , sementara kantor-kantor pemerintahan di sekeliling alun-alun . Sekarang ini, sebutan kauman tidak musti merujuk pada penempatan tata kota warisan Belanda tempo dulu sehingga banyak masjid kauman, yang pada faktanya tidak lagi memiliki keterkaitan dengan alun-alun dan kantor pemerintahan setempat.

Beberapa kekurangan yang dimiliki oleh masjid Kauman Tambak ini adalah: kurangnya rambu-rambu atau asesoris yang menunjukkan arah masjid sehingga banyak musafir yang kesulitan masuk. Terlebih di sebelah selatan masjid ini berdiri banyak warung tenda yang praktis menutup masjid dan menyulitkan akses masuk bagi para pendatang (musafir) yang berkendara roda empat. Apalagi gerbang masuk terlalu kecil dan terhalang warung. Ke depan untuk rencana tata ruang dan renovasi masjid, warung-warung tenda ini perlu ada penertiban, sehingga masjid sebagai tempat ibadah tidak terhalangi dan tampak jelas dari jalan raya. Yang penting lagi, karena begitu ramainya jalan ini, perlu kiranya pihak masjid mengusulkan ke dinas terkait untuk dibuatkan zebra cross untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan lalu lintas.

Masjid ini juga lebih mengedepankan ukhuwwah islamiyyah tinimbang sikap ashobiyyah-hizbiyyah (fanatisme kelompok). Baik secara sukutiy (latent) maupun qauliy (manifest), para jamaah lebih mementingkan kebersamaan dan toleransi dalam bermadzhab (tasamuh). Saat ini, bagi penulis, tidak ada gejala adanya penarikan kepentingan ke kelompok tertentu. Sebagai bukti: adzan jum’at kadang satu kadang dua kali, bergantung siapa yang menjadi khatib dan imam. Shalat shubuh pakai qunut atau tidak, tidak jadi soal. Bagi jamaah tidak menjadi permasalahan.Tidak ada gontok-gontokan dan sikap “mengelompok”. Hal ini penulis nilai sangat baik dan kondusif bagi dakwah islamiyyah di masjid ini. Semoga kondisi ini tetap terjaga sampai kapanpun. Sebab ketika kepentingan kelompok sudah ‘berbicara’, maka pada saat itu pula akan muncul keinginan untuk memarjinalkan kelompok lain yang tidak sepaham. Ini sebuah kerugian!!!!!

Lewat tulisan ini, marilah kita senantiasa gemar untuk memakmurkan masjid dengan cara menunaikan shalat secara berjamaah, mengadakan taklim, diskusi dan kegiatan syiar Islam lainnya. Kesampingkan sikap fanatisme kelompok, yang barangkali mbok ada orang luar atau pihak tertentu yang coba numpang anget menyeret ke kelompok tertentu. Semoga Allah SWT selalu melindungi dan memberikan hidayah kepada kita.

Wallahulmusta’an.

Jumat, 15 Januari 2010

Kuliner: Sate Bebek Tambak



Banyumas tidak saja terkenal karena bahasa jawanya yang medok dan ngapa-ngapak, yang ini berbeda dengan orang Jogja, Solo dan Semarang, tapi juga karena di Banyumas memiliki potensi yang luar biasa. Di daerah ini terkenal ada gethuk Sokaraja, soto Sokaraja, tempe mendoan dll. Dan jangan lupa bahwa Banyumas juga punya satu kecamatan, Tambak namanya, yang mempunyai makanan khas, yaitu SATE BEBEK.

Tambak adalah kecamatan yang terletak di ujung timur Kab. Banyumas. Sebelah barat berbatasan dengan Kec. Sumpiuh, selatan dan timur dangan Kab. Kebumen, utara dengan Kec. Somagede dan Kab. Banjarnegara. Topografi wilayahnya, sebelah utara terdiri pegunungan yang sangat lebat pepohonannya, sedang selatan dataran rendah.

Di bagian selatan inilah membujur jalan besar penghubung dari Cilacap, Purwokerto, Bandung, Jakarta menuju Jogjakarta, Semarang dan Solo. Dua puluh empat jam non stop jalan ini dilewati segala jenis kendaraan. Di sepanjang jalan besar inilah, bertebaran warung sate bebek. Menurut data ter-up to date, jumlah warung sate bebek berjumlah kuang lebih 40 buah. Ini belum ditambah pada saat mudik lebaran yang biasanya bermunculan warung sate bebek dadakan.

Dalam sejarahnya, sate bebek adalah made by dan racikan seorang penduduk asli Tambak, tepatnya desa Purwodadi sekitar Masjid Kauman Tambak. Menurut cerita orang-orang, penjual ini (kalo tidak salah namanya Pak Sono) biasa berjualan keliling. Banyak orang yang suka dengan aroma nikmat masakan Pak Sono. Kemudian terus berkembang. Sebagai bahan dasarnya adalah daging bebek yang penyajiannya dibumbui sambal kacang dan becek atau gule.

Dalam perkembangannya, resep temuan Pak Sono ditiru oleh banyak orang yang kemudian berjualan secara mangkal di sepanjang jalan Tambak. Mulai dari surupan (terowongan kereta api) menuju ke arah timur pasar. Dari pasar kemudian ke timur lagi, warung sate bebek lebih banyak lagi, baik yang permanent maupun yang model tenda.

Karena langka dan mahalnya bahan baku bebek, saat ini para penjual sate ini tidak menggunakan daging bebek lagi, tapi kemudian beralih ke daging enthok, menthok, atau itik. Karena harganya murah dan dagingnya lebih banyak. Meskipun berganti bahan dasar, namanya tetap S-A-T-E B-E-B-E-K. Hayoo gimana tuuhh!!!??? Yang jelas hingga saat ini, bila orang menyebut Tambak, maka yang terlintas dalam pikiran adalah sate bebek.

Tentang harga? Itu tergantung pesanan. Kelas ekonomi harganya sekitar Rp.6000,- sampai Rp.8000,-, isinya campuran satu piring nasi, 3-4 sindik (tusuk) sate dan kuah becek (gule) plus sambal kacang.Umumnya orang menyebutnya “nasi sate campur”. Yang kelas menengah Rp.12.000,- berisi satu piring nasi, 10 sindik sate dan semangkuk becek isi balungan. Dua model ini biasanya dilayani di warung ‘tenda’. Para pengemudi angkot, truk, sales,dan orang kampung sekitar biasanya menjadi pelanggan setia tipe ini.

Ada lagi yang kelas eksekutif, biasanya yang model warung permanent, tempatnya luas santai dan berkelas. Harganya sekitar Rp.15.000,- sampai Rp.20.000,-. Pelanggan umumnya adalah yang bermobil dan mereka-mereka yang dalam perjalanan. Ketika hari libur, terlebih pada saat mudik lebaran, hampir warung sate tidak ada yang sepi. Rasanyapun macem-macem: ada yang pedas, agak asin, atau gurih. Soal enak itu tergantung selera. Karena taste (rasa) lidah orang itu berbeda. Para penjual sate bebek sekarang mulai berinovasi dengan sajian bebek goreng dan rica-rica bebek (ech… menthok koq!!??)

Penulis sendiri sudah bosan karena saking seringnya dulu beli. Sekarang tidak begitu suka atau sekali-kali beli, itupun hanya sebatas pelepas ‘kangen’ di lidah. Dan ingat.., daging enthok mengandung kolesterol tinggi, sehingga hati-hati bagi anda yang berpantang dengan kolesterol. Tapi… kalau sekali-kali boleh lach.

Selamat mencicip dan menikmati aroma nikmat dan empuknya daging sate bebek (ech… sate menthok!!!!). (Yang ini masuk kategori pembohongan public bukan???!!!! Atau orang sudah salah kaprah kali…)

Catatan: Penulis adalah tetangga warung-warung sate bebek, dengan menghirup baunya saja, rasanya sudah kenyang.

Kamis, 14 Januari 2010

Enak Makan dan Makan Enak


ENAK MAKAN DAN MAKAN ENAK

Orang bijak bilang, lebih baik enak makan dari pada makan(an) enak. Orang yang sedang lapar ditambah sedang mood nafsu makan yang besar, ketika ditawari makanan yang berasa biasa-biasa saja, maka akan lahap memakannya. Karena ia sedang enak makan. Petani yang seharian berpeluh keringat di sawah, hanya disuguhi nasi rames ditambah tempe bacem, akan merasakan nikmat tiada tara. Apalagi kalau sedang enak makan disodori makanan enak. Klop dech….., ‘ enak makan plus makan enak’.

Orang yang sedang kondisi stabil dan biasa-biasanya saja, ketika ditawari makan enak ---apalagi gratis---, maka libido alias syahwat makannya akan terdongkak secara evolutif alias pelan-pelan, ataupun revolutif, spontan dan tak terkendali. Wong penginyongan bilang: dia bisa kemaruk dan makannya terus tanduk.!!! Bila remnya ndak pakem alias jor-joran, ‘ritual’ nafsu makan ini bisa berbahaya dan bisa menimbulkan banyak penyakit. Lebih dari itu, dia sedang berkolaborasi dengan syetan karena sikap borosnya (mubadzir). Dia menjadi malas beribadah.

Sebaliknya, kalaupun makanan yang disajikan sangat menggoda selera plus disajikan oleh sang istri yang cantik sekalipun, , tapi karena dasarnya lagi gak nafsu, disuapipun tetap ogah-ogahan. Iya khan…!! Gak selera karena sedang sakit, terburu-buru ataupun sedang kalut bundet banyak pikiran alias stresss. Yang ideal adalah sikap ‘moderate’ dan menjaga kondisi yang stabil. Memiliki suasana “enak makan’ dan ‘makan(an) enak’, ini yang harus disyukuri. Atau setidaknya kita berada dalam suasana ‘enak makan’ walaupun makanan tidak begitu enak.

Berbicara tentang syahwat makan yang tak terkontrol dan berujung munculnya banyak penyakit dan malas beibadah, Umar ibn al-Kaththab RA berkata:

“Jauhilah olehmu banyak makan, karena banyak makan menjadikan malas untuk shalat, merusak badan, dan mendatangkan penyakit”.

“Wajib bagimu bersikap ekonomis dalam urusan makananmu. Karena sikap ekonomis (bercukup diri) itu menjauhkan dari sikap boros, lebih menyehatkan badan dan memotovasi untuk beribadah”

“Sesungguhnya tidaklah binasa seorang hamba, kecuali dia telah mengunggulkan syahwatnya di atas agamanya”.

Mudah-mudahan kita lebih berhati-hati dalam urusan makanan, dan yang penting juga untuk kita perhatikan adalah; bahwa apa yang kita makan itu halal dan thayyib. By abu farros

Rabu, 13 Januari 2010

Empat Kebahagiaan Hidup Di Dunia



Siapa orangnya yang tidak menginginkan kebahagiaan dalam hidup di dunia. Setiap dari kita pasti menginginkannya. Karena kebahagiaan itulah yang menjadikan kita merasakan ketentraman, kedamaian dan kenyamanan dalam mengarungi hidup ini. Tanpa kebahagiaan orang akan merasakan bahwa hidup ini kosong, tidak bermakna (meaningless), menyengsarakan, penuh nestapa dan siksaan. Oleh karena itulah, kita menyaksikan ada orang yang tega mangakhiri hidupnya dengan bunuh diri dikarenakan dia tidak mendapatkan kebahagiaan dalam hidup (happy life).

Namun, kebahagiaan (happiness, assa’adah) bagi tiap orang akan berbeda dalam asal-usul, bentuk dan hakekatnya yang itu sangat bergantung pada masing-masing individu dan ditentukan oleh nilai, status sosial, pengetahuan, umur, dan backgraound yang dimilikinya. Dus, kebahagiaan itu bersifat relatif , dimana setiap orang akan memaknai dan merasakan secara berbeda-beda. Apalagi ketika kebahagiaan itu sebatas urusan dunia yang profane dan temporal.
Bagi seorang anak kecil, bahagia adalah ketika ia memiliki mainan anak-anak yang disukainya, yang ini justru tidak menjadi sumber kebahagiaan bagi orang yang sudah dewasa. Sedang bagi orang yang terkena penyakit wahn (cinta dunia dan takut mati), bahagia adalah ketika dirinya bergelimang dengan kekayaan, dikerumuni wanita cantik- (wanita yang dikerubuti banyak laki-laki), - kebebasan dalam hidup yang tidak terbatasi oleh aturan dan orang lain, memilki kekuasaan melebihi atas orang lain, kendaraan yang mewah dsb. Lain lagi bagi seorang petani, bahagia adalah ketika hasil pertaniannya bagus dan mendatangkan keuntungan yang banyak dan hidup tenang tanpa gangguan orang lain dan tikus-tikus jalang.

Bagi seorang muslim, kebahagiaan tidak identik dengan kepemilikan materi yang melimpah dan property yang bernilai duniawi. Dunia itu penting, karena sebagaimana kata Rasulullah SAW bahwa, dunia adalah ladang akherat. ”Addunya mazro’atul akhirah.”. Dunia bak ladang bertanam amal kebaikan bagi orang yang beriman untuk kelak bakal menuai kebaikan di akherat. Siapa saja yang tidak menggunakan kesempatan bertanam amal kebaikan, maka di akherat dirinya bakal menuai hasil kejelekan dan penyesalan.

Dan, jangan lupa, bahwa bagi orang yang beriman, kebahagiaan dunia bukanlah suatu yang bersifat khayali, tapi sebaliknya kebahagiaan itu memang ada,seiring dirinya tekun beramal shaleh untuk meraup kebahagiaan yang hakiki. Baginda Rasulullah Shallallhu ‘alaihi wa sallam berkata :

اربع من السعادة : المرأة الصالحة والمسكن الواسعة والجار الصالح والمركب الهنىء—واربع من الشقاء: الجار السوء والمرأة السوء والمركب السوء والمسكن الضيق (رواه أبن حبان)
“Ada empat hal yang termasuk kebahagiaan seseorang: istri yang shalehah, tempat tinggal yang lapang, tetangga yang baik, dan kendaraan yang nyaman. Dan empat hal yang termasuk kesengsaraan seseorang : tetangga yang jelek, istri yang jelek (tidak shalehah), kendaraan yang jelek dan tempat tinggal yang sempit”.

Dalam hadist ini jelas bahwa kebahagiaan di dunia di antaranya ada empat yang itu dihadiahkan bagi orang yang beriman. Pertama: istri yang shalehah yaitu istri yang taat dalam beribadah dan taat pada suami. Tidak sekedar cantik tapi lebih dari itu, yaitu ketaatan dalam memegang dinul islam. Inilah figur perempuan yang selalu terucap dalam doa setiap suami yang shaleh : “Ya Allah, karuniakanlah kepada kami, hiasan mata berupa istri dan anak yang shaleh dan shalehah”. Kedua: tempat tinggal atau rumah yang lapang. Syukur rumah itu berukuran luas sehingga tidak pengap dan penuh sesak, sehingga leluasa untuk berkumpulnya sepasang suami istri dan anak yang banyak. Namun makna substantifnya adalah hadirnya suasana rumah yang damai, berhiaskan nilai-nilai islami, jauh dari pertengkaran, tempat yang nyaman bagi semua penghuninya,--meskipun ukuran tidak begitu luas—sehingga aroma syurgawi betul-betul menaungi seluruh kaluarga. Ketiga: tetangga yang baik, yaitu orang-orang yang hidup di sekeliling kita. Bersama merekalah kita bertemu untuk pertama kali dan kepada merekalah kita saling berta’awun. Sedang yang keempat; kendaraan yang nyaman. Kepemilikin kendaraan sangat bergantung pada tingkat ekonomi dan kemauan seseorang. Bagi seorang mukmin, kendaraan apapun, apakah itu mobil keluaran terbaru ataupun tua, sepeda motor…. apapun bentuknya, sampai sepeda onthel sekalipun, asal dirawat maka akan enak dan nyaman untuk dikendarai. Tentunya disertai dengan rasa syukur pada Allah SWT.

Semoga kita mendapatkan empat kebahagiaan hidup di dunia ini dan juga kebahagiaan yang hakiki di akherat kelak. Amien.

Wallahulmusta’aan. By abu farros

Senin, 11 Januari 2010

PASAR DAN GAYA HIDUP KONSUMEN


Abu Farros*

GLOBALISASI PASAR
Globalisasi sebagai gejala yang dialami oleh seluruh bangsa telah mengakibatkan banyak perubahan dalam segala aspek kehidupan: sosial, ekonomi, politik maupun budaya. Era globalisasi digambarkan sebagai era dimana dunia tidak lagi dibatasi oleh ruang dan waktu, karena telah diintegrasikan oleh sebuah sistem global (global system). Dengan menggunakan media komunikasi yang serba canggih, interaksi manusia berhasil dibangun sedemikian rupa dan mudahnya sehingga hubungan menjadi bersifat impersonal. Dunia berhasil dilipat menjadi Global Village. Orang tidak lagi harus bertemu secara berhadap-hadapan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, tapi dengan menggunakan piranti komunikasi, ia bisa mendiskusikan dan mengekspresikan hasrat dan keinginannya (desire and wants).

Dalam konteks ini mungkin kita sah-sah saja untuk mempertanyakan sejauhmana efektifitas kemajuan teknologi yang menandai era globalisasi , khususnya dalam bidang ekonomi. Dan bagaimana globalisasi dalam bidang ekonomi mampu menciptakan budaya konsumsi (consumption culture). Dua persoalan inilah yang akan dibahas dalam tulisan berikut.

Perkembangan suatu bangsa tidak bisa lepas dari pertumbuhan ekonomi yang ada di dalamnya. Hal ini penting sebab pertumbuhan ekonomi (economic growth) sering menjadi ukuran kemakmuran suatu bangsa. Tindakan ekonomi yang dijalankan oleh seseorangpun tidak bisa dilepaskan dari kultur, motivasi dan nilai yang dianutnya. Bahkan agama sering menjadi faktor determinan yang menentukan pola tindakan ekonomi. Oleh karena itu, Max Weber, setelah melakukan pengkajian mendalam tentang agama Kristen Protestan dalam kaitannya dengan ekonomi, ia sampai pada kesimpulan bahwa ajaran Protestan sekte Calvinis punya peran dalam mendorong terciptanya masyarakat. Inilah yang mengilhaminya untuk menulis buku berjudul “ The Protestant Ethic and The Spirit of Capitalism”.

Berbicara soal tindakan ekonomi tidak bisa dilepaskan dari perhitungan keuntungan (profit calculation), yang embeded dalam praktek perdagangan atau ekonomi. Ada dua pola tindakan yang biasa dilakukan oleh para pelaku ekonomi. Pertama, ialah tindakan ekonomi yang bersifat subsisten. Dalam pola ini orang hanya mampu memenuhi kebutuan hidup (survive), bersifat komunal dan tidak berorientasi pada untung . Sedang yang kedua, ialah tindakan ekonomi yang berorientasi pasar, (market oriented) yang ini ditandai oleh adanya kecenderungan untuk melakukan ekspansi pasar, profite oriented, akumulasi modal, bersifat rasional dan individual.

EKSPANSI PASAR
Pasar adalah institusi yang paling penting dalam aktivitas ekonomi . Pasar mampu menggerakkan dinamika kehidupan ekonomi yang di dalamnya terdapat proses tawar menawar baik secara langsung maupun tidak untuk menentukan harga pasti (fixed cost). Sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli, pasar mampu memainkan fungsinya sebagai pengendali harga, sehingga harga tidak mengalami fluktuasi tajam. Stabilitas harga inilah yang sebetulnya memberikan keuntungan bagi para pelaku ekonomi.

Dengan makin majunya masyarakat dalam berbagai bidang, ternyata pasar juga mengalami pergeseran baik dalam fungsi maupun cara operasi (mode of operation). Dalam pengertian tradisional, pasar diartikan sebagai tempat jual-beli yang lebih mencirikan sebagai aktifitas ekonomi harian (daily-economic activity). Namun fungsi ini telah mengalami perluasan, dimana pasar pada era sekarang ini juga berfungsi sebagai pusat rekreasi dan bersantai. Para pengunjung yang datang tidak semata-mata untuk berbelanja, tapi banyak yang mencari hiburan dan menghilangkan stres.

Fenomena ini sangat umum kita saksikan di banyak kota besar seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, Yogya, Medan dan kota lainnya. Pasar telah disulap menjadi shoping centre, mall, super market, departemen store, mega store dan lain-lain. Para pengunjung yang datang selain berbelanja juga bertujuan untuk menikmati suasana santai bersama keluarga, atau sekedar ingin tahu harga barang, bahkan banyak yang bertujuan untuk mejeng bagi kawula muda. Melihat kecenderungan ini banyak pusat perbelanjaan yang kemudian menawarkan berbagai produk berupa sarana hiburan bagi anak-anak dan café sebagai tempat bersantai.

Model transaksi juga mengalami pergeseran, dimana antara penjual dan pembeli tidak harus bertemu langsung, tapi mereka mampu melakukannya dalam jarak yang jauh dengan menggunakan layanan jasa teknologi seperti telepon. Bahkan sekarang sudah dikembangkan model transaksi melalui media internet, yang sangat memungkinkan bagi para pelaku ekonomi melakukan transaksi secara cepat. Inilah yang kemudian disebut sebagai pasar maya (virtual market). Dalam teori ekonomi neo-klasik, cara transaksi jual beli barang melalui internet adalah sistem yang efektif, cepat dan produktif, karena transaction cost-nya akan berkurang dan relatif lebih murah.


GAYA HIDUP (LIFE STYLE)
Dalam melakukan ekspansi, para produsen harus jeli melihat kebutuhan pasar. Kebutuhan pasar (konsumen) sangat dipengaruhi oleh budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam praktek ekonomi, para produsen makin lihai dalam mengelabuhi keinginan pasar, dengan cara menciptakan image dan taste agar konsumen tertarik dan mau membeli barang produksinya.

Kondisi ini diciptakan melalui rekayasa keinginan pasar seiring dengan makin terpolanya cara berfikir dan gaya hidup konsumen. Contoh konkrit: citra jantan dan cantik telah begitu mengagumkan dimanipulasi oleh para produsen dengan cara menyodorkan produk tertentu (seperti rokok, obat khusus pria, kosmetik, dan obat khusus wanita) melalui media iklan. Seperti yang dikatakan oleh Andre Warnich bahwa dalam masyarakat yang makin kapitalistik, dimana komoditas merasuk ke sektor-sektor kehidupan yang sebelumnya tidak pernah dibayangkan , budaya promosi (promotion culture) merupakan sesuatu yang tidak bisa dikesampingkan.

Agen terpenting dari budaya promosi adalah media masa baik cetak maupun elektronik, terutama melalui advertensi atau iklan. Iklan berfungsi sebagai media yang mengantarai interaksi antara produsen dan konsumen. Dengan iklan pula, kelompok pemasar komoditas menginterpretasikan dan mensosialisasikan nilai guna dari suatu komoditas dan memproyeksikannya ke pasar global. Karena itulah iklan merupakan bagian penting dan strategis untuk pemasaran komoditas.
Kita menyaksikan bahwa mekanisme pasar mampu dijalankan oleh produsen melalui media-media yang mudah diakses oleh konsumen. Televisi adalah media yang paling efektif untuk mempromosikan suatu produk kepada calon pembeli. Penayangan yang berulang-ulang dengan menampilkan bintang iklan terkenal yang merupakan publik figur, diharapkan mampu merangsang daya emosi penonton atau calon pembeli untuk membelinya. Di sini ada harapan akan tercipta interaksi simbolik ketika calon pembeli mencoba menerjemahkan simbol atau pesan yang ditawarkan oleh bintang iklan, kemudian ia berusaha untuk “menjadi” seperti bintang iklan yang diidolakan. Dalam kondisi seperti ini, pembeli (konsumen) seolah terhipnotis dan tidak lagi cerdas dalam memilih kualitas barang dan mengukur daya belinya.

Terlebih dengan berubahnya gaya hidup, telah mendorong produsen untuk lebih gencar lagi mempromosikan produknya melalui berbagai media dengan memberi berbagai fasilitas seperti jaminan garansi, sistem pembayaran dengan menggunakan kartu kredit, pemberian bonus yang menarik, sistem pembayaran cicilan dan jaminan lainnya yang lebih mudah. Alhasil banyak konsumen yang membeli barang bukan semata-mata didorong oleh kebutuhan (need), tapi sekedar untuk memenuhi keinginan (desire) guna menaikkan status. Di sini jelas bahwa kebutuhan konsumen akan barang bukan lagi bersifat natural, -sebagai pemenuhan kebutuhan yang memang harus ada-, tapi telah bergeser menjadi konstruksi budaya (culturally constructed) yang direkayasa oleh pasar (produsen).

Akhirnya dengan menggunakan tiga karakter yang disodorkan oleh Feather-stone, dapatlah dipahami bahwa tawaran berupa kesenangan (pleassure), mimpi-mimpi (dreams) dan status yang tinggi (high status), telah berhasil menggiring para konsumen untuk membelanjakan uang dan waktunya (westing money and time) untuk memenuhi gaya hidupnya (life style). Dan ini berhasil dibaca oleh para produsen.

URUN REMBUG: Kota Tambak Ke Depan

MENYISIR JALANAN KOTA TAMBAK BANYUMAS

Menyusuri jalan raya Tambak saat ini sungguh sangat mengagumkan. Jalan yang lebih halus dibanding beberapa tahun yang lalu, badan jalan yang lebih lebar, serta arus lalu lintas juga lebih lancar dan ramai. Maklum karena jalan ini masuk dalam kategori jalan nasional, sehingga perhatian pemerintah lebih intensif dalam upaya memberikan pelayanan kepada warganya, yang diharapkan dengan perbaikan sarana transportasi akan berimbas pada perbaikan perekonomian rakyat.

Secara mikro ini ditandai dengan bermunculannya banyak sentra ekonomi rakyat berupa berdirinya banyak pertokoan dan warung makan sepanjang jalan di Kec. Tambak. Meskipun masih terkonsentrasi di seputaran pasar Tambak ke arah timur, namun tahun-tahun ke depan diharapkan bisa merata ke wilayah Tambak bagian barat, yaitu dari ibu kota kecamatan ke barat sampai perbatasan dengan Sumpiuh.

Ada dampak sampingan dari ketersediaan infrastruktur transportasi ini, yaitu seringnya terjadi kecelakaan karena sikap kurang hati-hati para pegguna jalan, baik yang berkendaraan besar maupun kecil. Hal ini jelas menuntut kewaspadaan para users (pengguna jalan); pejalan kaki, sepeda onthel, sepeda motor, sampai kendaraan besar. Sungguh ini sangat kompleks dan menjadi PR bagi pemerintah khususnya instansi-instansi terkait karena hampir tiap hari terjadi kecelakaan baik kategori kecil maupun besar.

Kesemrawutan akan tampak terlebih ketika pada hari-hari libur, di mana semua jenis kendaraan tumpah di jalanan. Mobil-mobil yang mayoritas berplat B dan D banyak meluncur dengan kecepatan tinggi menikmati jalanan yang lurus halus dan lebar dengan kecepatan rata-rata 60 km/jam. Di sisi lain ada beberapa pengguna sepeda motor juga tak mau ketinggalan, menyelinap bergerak cepat dan zig-zag yang jelas sering bikin terkejut pengguna yang lain.

Di tengah deru desingan knalpot kendaraan besar serta cepatnya laju kendaraan yang kadang dikemudikan oleh orang yang tak tahu betul medan jalan -, ternyata juga masih banyak nongol sepeda onthel dan pejalan kaki yang kadang juga sembrono memotong jalan. Alhasil … braaaak!!!!, ujung-ujung urusannya ke kepolisian dan puskesmas.

Menurut saya, juga kita semua, kesadaran dan ketaatan pada aturan berlalu-lintas jelas menjadi prioritas utama bagi semua pengguna jalan. Sehingga jangan sampai nyawa menjadi taruhan dan pemandangan umum tiap hari. Sikap sabar dan toleran di jalan raya mutlak diperlukan. Untuk instansi terkait saya mengusulkan: “tolong dibuatkan ZEBRA CROSS (zona selamat menyeberang) di beberapa titik misalnya : di depan SDIT Darul Falah Karang Turi, perempatan Gumelar, pertigaan SMP dan KUD, perempatan Karangpucung, pasar Tambak, pertigaan TOKO MENTARI timur pasar, depan Masjid Kauman Tambak”. Diperbanyak rambu-rambu lalu-lintas dan yang penting lagi adalah ketersediaan lampu penerangan jalan kala malam hari Diharapkan ini bisa memberikan rasa aman bagi para pengguna jalan dan menekan angka kecelakaan yang jelas tidak kita harapkan.

KOTA TAMBAK KE DEPAN

Laju pertumbuhan penduduk dan makin meningkatnya aktivitas perekonomian, sangat sinergis dengan ketersediaan layanan (service) yang diberikan oleh pemerintah baik dalam bidang kesehatan, pertanian, kesempatan menyampaikan pendapat dll. Tumbuhnya pertokoan dan pedagang “tenda” di sepanjang jalan raya tambak bak cendawan di musim hujan, mengindikasikan bahwa masyarakat mampu merespon tuntutan pasar dalam upaya peningkatan ekonomi keluarga.

Bukti konkritnya adalah merebaknya warung makan sate bebek sebagai makanan khas Tambak, baik yang permanen maupun semi permanen (tenda). Untuk saat ini memang tidak menjadi masalah serius. Tetapi untuk waktu ke depan, pemerintah yang berwenang mulai saat ini sudah harus memiliki master plan tata kota, yang memuat; regulasi (aturan) tentang pendirian bangunan, warung makan baik yang permanen maupun “tenda”; parkir kendaraan pengunjung warung sate sehingga tidak mengganggu lalu lintas; penertiban iklan; dan jaminan keamanan bagi semua warga baik yang asli Tambak maupun pendatang (musafir).

SATE BEBEK SEBAGAI MAKANAN KHAS

Berbicara soal SATE BEBEK, di sini saya mengusulkan kepada pihak-pihak terkait khususnya Pemerintah Kecamatan dan Kabupaten;

A. Pentingnya mengangkat SATE BEBEK sebagai makanan khas sekaligus ciri khas Kota Tambak. Bila melihat fenomena sekarang ini, jelas, bahwa SATE BEBEK, sudah menjadi trade mark Kota Tambak, terbukti banyak pembeli dari berbagai daerah sengaja menyempatkan untuk menikmati aroma nikmat sate bebek. Terlebih pada hari-hari libur.

B. Perlunya promosi sate bebek yang dilakukan oleh para stake holder di Kabupaten Banyumas. Dengan harapan akan menyerap banyak tenaga kerja, menciptakan kemandirian ekonomi masyarakat (produktivitas masyarakat) yang akhirnya meningkatkan kesejahteran warga .

C. Penempatan warung sate bebek, khususnya yang model “tenda” secara tepat dan tertib. Bila tidak maka akan menimbulkan masalah yang kompleks, lingkungan yang kotor, kesemrawutan perparkiran, dan hilangnya keindahan kota.

D. Ada jaminan keamanan bagi semua warga dan penikmat sate bebek. Karena pernah beberapa kali terjadi pencurian barang bawaan para penikmat sate bebek, khususnya yang datang dari luar daerah atau para musafir.

E. Sudah saatnya pemerintah atau pihak pemilik modal seperti bank memberikan modal bagi para penjual sate bebek agar dapat meningkatkan produktivitasnya, khususnya pada mereka yang bermodal pas-pasan. Syukur-syukur lunak sifatnya.

Demikian corat caret saya, urun rembug sebagai warga Tambak, semoga bermanfaat.

Sekian……..nuwuuunnn….