ta'aruf

Foto saya
Orang biasa, belajar lewat diskusi dan sharing ide, berusaha terbuka terhadap pemikiran orang dan referensi, dan yang penting punya prinsip tentang kebenaran.Senang bersilaturrahmi dan berbagi untuk semua.

Minggu, 24 Januari 2010

Empat Tipe Manusia

EMPAT TIPE MANUSIA

Dalam hidup keseharian (everyday life) kita tidak bisa lepas dari kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Karena ini adalah watak dasar yang dimiliki oleh manusia semenjak lahir sampai mati. Bahkan manusia akan merasa diri tidak sempurna manakala dirinya tidak mampu melakukan komunikasi dan interaksi dengan orang lain. Manusia adalah homo socius, artinya terikat dan membutuhkan orang lain baik hubungan yang bersifat personal ( face to face relationship) maupun impersonal (menggunakan media). Baik dalam masyarakat yang bersifat paguyuban sebagai ciri hubungan personal yang umumnya berkembang di daerah perdesaan, maupun patembayan dimana hubungan dibangun atas dasar kepentingan dan pembagian kerja (division of labor).

Hubungan tercipta karena masing-masing individu merasa diri kurang sehingga keterlibatan dirinya dengan orang lain menjadi sebuah keniscayaan. Orang sekaya apapun dengan gelimang harta dan kejayaan, ketika tubuhnya digerogoti oleh penyakit, maka dirinya akan mambutuhkan pertolongan seorang dokter. Seorang dokter yang tiba-tiba mobil terbarunya mogok di tengah jalan, maka dia membutuhkan bantuan seorang mekanik. Seorang petani dengan tanah yang luas akan membutuhkan buruh kasar untuk menggarap sawahnya sampai musim panen. Perumahan mewah, pusat perbelanjaan dan rumah sakit akan butuh hadirnya para buruh kasar untuk membersihkan sampah-sampah yang berserakan. Bahkan ketika manusia mati sekalipun, dirinya masih tetap membutuhkan orang lain untuk merawatnya. Intinya adalah bahwa hidup manusia di dunia ini mutlak bersifat interdependensi (saling butuh dan tergantung). Dalam perspektif Islam inilah yang disebut ‘ta’awun’.

Dalam menjalani interaksi dalam hidup, kita pasti akan menemui beragam tipe manusia, yang saling berbeda dalam adat, kebiasaan, bahasa,dan agama. Salah satu tipe yang menjadi karakter manusia yang berpengaruh pada pembentukan sikap (attitude), peran dan status (role and status), adalah yang berkaitan dengan pengetahuan. Pengetahuan dalam arti luas, yang mencakup sikap pribadi seseorang yang merefleksikan sejauhmana dirinya mampu menghadapi masalah dan bagaimana menempatkan posisinya di tengah orang banyak (playing role). Begitu pula sejauhmana kematangan seseorang dalam beragama yang meliputi ilmu agama dan perilaku agama (sikap, cara berpikir dan amal).

Al-Khalil bin Ahmad, seperti dikutip oleh al-Imam al-Mawardi dalam kitabnya “Adabud Dunya wad Dien” mengatakan, bahwa manusia dibagi menjadi empat kategori:

1. Orang yang mengerti (pandai) dan dirinya tahu kalau dirinya mengerti (pandai), dia adalah orang yang alim, maka bertanyalah kepadanya. Beruntunglah kita bila bertemu dengan orang yang memiliki tipe ini, karena di samping dirinya adalah orang yang alim dan ahli beramal kebaikan, juga menjadi tempat bagi kita untuk berguru tentang ilmu agama. Bila dia adalah seorang arsitek, maka bagi kita untuk bertanya tentang segala hal yang berkait dengan arsitektur bangunan . Bila dia adalah ahli pertanian maka bagi kita untuk tertanya tentang bagaimana cara bercocok tangam yang baik.

2. Orang yang mengerti (pandai) dan (tapi) dirinya tidak tahu kalau dirinya mengerti (pandai), dia adalah orang yang sedang lupa, maka ingatkanlah dia. Sangat bisa jadi dalam keseharian, kita menjadi atau bertemu dengan orang yang seperti ini. Ada orang yang sebetulnya sangat mengerti tentang sesuatu, tapi dia tidak menyadari bahwa dirinya pandai dan menguasai sehingga ilmunya tidak memberikan kemaslahatan bagi dirinya dan orang banyak, maka hakekatnya orang ini harus diingatkan, ‘digugah’ agar potensi yang dimiliki bisa bermanfaat. Atau orang yang pandai dalam urusan agama, tapi dia tidak mau mengamalkannya atau suatu saat melanggar aturan agama, maka dirinya sedang terperosok dalam kubang kealpaan, maka ianya juga harus diingatkan dan diluruskan agar masuk kembali pada mainstream agama. Bisa jadi kita adalah orang yang sering masuk dalam kategori ini. So…..jelas sekali bahwa kita haruslah sering-sering untuk diingatkan, dan tidak tersinggung bila dingatkan oleh orang lain, siapapun orang itu.

3. Orang yang tidak mengerti (pandai) dan dirinya tahu kalau dirinya tidak mengerti (pandai), dia adalah orang yang sedang mencari petunjuk (pengetahuan), maka berilah dia petunjuk atau ajarilah dia ilmu pengetahuan. Beruntunglah orang yang seperti ini, walaupun bodoh tapi semangat untuk meraih ilmu pengetahuan tetap tinggi. Dia adalah seorang ‘pelajar sejati’, atau orang yang dengan kondisi dan status apapun memiliki spirit untuk belajar dan mencari tahu agar dirinya bisa lepas dari kepandiran dan kegelapan menuju kecerdasan dan kecerahan hidup.

4. Orang yang tidak mengerti (bodoh) tapi dirinya tidak mau tahu kalau dirinya tidak mengerti (bodoh), dia adalah orang yang jahil (tolol, pandir), maka jauhilah dan jangan sekali kali mendekatinya. Tidak sedikit dalam masyarakat, kita menemukan orang-orang yang memiliki tipe seperti ini. Sudah bodoh, tapi tidak mau belajar agar terbebas dari kebodohan. Sudah bodoh tapi selalunya menutup mata, telinga dan hatinya dari ajakan kebaikan dan kebenaran agama, maka hakekatnya orang seperti ini adalah orang yang tolol dan pandir. Nasehat dari orang lain dan ilmu yang diajarkan oleh orang kepadanya hanya dianggap angin lalu dan kata-kata tiada guna. Potensi pada dirinya tidak diasah, hatinya tidak dituntun oleh kebenaran Islam sehingga Allah SWT men-vonis mereka seperti binatang. Bahkan posisinya lebih sesat dan hina dibanding binatang!!!!. Orang seperti ini, hatinya diselubungi oleh kerak kesombongan sehingga selalunya menolak kebenaran (alhaq) dan meremehkan orang lain.

Tidak ada untungnya bersahabat dan berteman dengannya. Sebab hanya kerugian yang akan diperoleh manakala kita berteman dengannya. Tinggalkan dan jangan sekali-kali berteman dengannya!!!!

Akhirnya, marilah kita berintrospeksi diri: masuk kategori yang manakah kita ini? Jangan sampai kita masuk dalam tipe manusia yang keempat, sebab hanya kerugian dan ketololan hiduplah yang akan didapat. Semoga tulisan ini bermanfaat.

Wabillahittaufieq walmusta’an.