ta'aruf

Foto saya
Orang biasa, belajar lewat diskusi dan sharing ide, berusaha terbuka terhadap pemikiran orang dan referensi, dan yang penting punya prinsip tentang kebenaran.Senang bersilaturrahmi dan berbagi untuk semua.

Kamis, 14 Januari 2010

Enak Makan dan Makan Enak


ENAK MAKAN DAN MAKAN ENAK

Orang bijak bilang, lebih baik enak makan dari pada makan(an) enak. Orang yang sedang lapar ditambah sedang mood nafsu makan yang besar, ketika ditawari makanan yang berasa biasa-biasa saja, maka akan lahap memakannya. Karena ia sedang enak makan. Petani yang seharian berpeluh keringat di sawah, hanya disuguhi nasi rames ditambah tempe bacem, akan merasakan nikmat tiada tara. Apalagi kalau sedang enak makan disodori makanan enak. Klop dech….., ‘ enak makan plus makan enak’.

Orang yang sedang kondisi stabil dan biasa-biasanya saja, ketika ditawari makan enak ---apalagi gratis---, maka libido alias syahwat makannya akan terdongkak secara evolutif alias pelan-pelan, ataupun revolutif, spontan dan tak terkendali. Wong penginyongan bilang: dia bisa kemaruk dan makannya terus tanduk.!!! Bila remnya ndak pakem alias jor-joran, ‘ritual’ nafsu makan ini bisa berbahaya dan bisa menimbulkan banyak penyakit. Lebih dari itu, dia sedang berkolaborasi dengan syetan karena sikap borosnya (mubadzir). Dia menjadi malas beribadah.

Sebaliknya, kalaupun makanan yang disajikan sangat menggoda selera plus disajikan oleh sang istri yang cantik sekalipun, , tapi karena dasarnya lagi gak nafsu, disuapipun tetap ogah-ogahan. Iya khan…!! Gak selera karena sedang sakit, terburu-buru ataupun sedang kalut bundet banyak pikiran alias stresss. Yang ideal adalah sikap ‘moderate’ dan menjaga kondisi yang stabil. Memiliki suasana “enak makan’ dan ‘makan(an) enak’, ini yang harus disyukuri. Atau setidaknya kita berada dalam suasana ‘enak makan’ walaupun makanan tidak begitu enak.

Berbicara tentang syahwat makan yang tak terkontrol dan berujung munculnya banyak penyakit dan malas beibadah, Umar ibn al-Kaththab RA berkata:

“Jauhilah olehmu banyak makan, karena banyak makan menjadikan malas untuk shalat, merusak badan, dan mendatangkan penyakit”.

“Wajib bagimu bersikap ekonomis dalam urusan makananmu. Karena sikap ekonomis (bercukup diri) itu menjauhkan dari sikap boros, lebih menyehatkan badan dan memotovasi untuk beribadah”

“Sesungguhnya tidaklah binasa seorang hamba, kecuali dia telah mengunggulkan syahwatnya di atas agamanya”.

Mudah-mudahan kita lebih berhati-hati dalam urusan makanan, dan yang penting juga untuk kita perhatikan adalah; bahwa apa yang kita makan itu halal dan thayyib. By abu farros