ta'aruf

Foto saya
Orang biasa, belajar lewat diskusi dan sharing ide, berusaha terbuka terhadap pemikiran orang dan referensi, dan yang penting punya prinsip tentang kebenaran.Senang bersilaturrahmi dan berbagi untuk semua.

Minggu, 03 Januari 2010

IMAN DAN ILMU


“URGENSI IMAN DAN ILMU”

قل هل يستوى الذ ين يعلمون والذ ين لا يعلمون إنما يتذكر أولواالألباب

“ Katakan (hai Muhammad) ; Apakah sama antara orang-orang yang tahu (berpengetahuan) dan orang-orang yang tidak berpengetahuan, sesungguhnya yang ingat pada Allah adalah ulul albab” (Al-Zumar:9)

Ketika masyarakat jahiliyyah Makkah begitu berkuasa dengan segala sifat kebuasan dan pelanggaran terhadap nilai-nilai ilahiyyah dan nilai-nilai kemanusiaan. Ketika mereka begitu angkuhnya dengan Ka’bahnya yang megah dengan dikelilingi oleh berhala latta, ‘uzza, manat, asaf dan berhala-berhala sesembahan mereka. Tiap kali mereka berthawaf di sekeliling Ka’bah seraya mengagungkan thoghut (sesembahan selain Allah SWT), mereka hanyut dalam buaian minuman khamr (arak) dan perbuatan maksiat. Ketika perang antar suku menjadi kebiasaan guna menunjukkan arogansi dan kekuatan. Dan ketika kaum wanita begitu direndahkan oleh kaum laki-laki sehingga tak ubahnya seperti harta yang bisa diwariskan, anak (bayi) perempuan yang hanya dianggap sebagai cacat keluarga sehingga pantas dibunuh. Jahiliayah-isme begitu masif, merajalela dan berurat berakar.

Di tengah hiruk pikuk praktek kekejian dan kesyirikan masyarakat kota Makkah saat itu, tersebutlah lelaki perkasa yang sangat tegas menentangnya, tapi sangat rindu akan hadirnya ketenangan spiritual dan panggilan dari Allah SWT. Dia-lah Muhammad, yang sejak kecil sangat terjaga dari segala perbuatan jahiliyah. Maka pada saat usia genap 40 tahun, ketika kegelisahan demi melihat kejahiliyah-an mengharu biru bathinnya, pergilah manusia suci ini untuk berkhalwat di sebuah gua di luar kota Makkah. Gua Hiro namanya.

Untuk beberapa lama beliau menunggu “sapaan” dari Allah SWT. Namun yang ditunggupun tidak segera datang, kegelisahanpun makin menjadi-jadi. Maka tepat pada tanggal 17 Ramadhan, Allah SWT mengutus malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu, sebagaimana pula Allah SWT telah mewahyukan kepada para rasul dan nabi sebelumnya. Bukan kepalang takutnya beliau, dalam kesunyian dan kegelapan gua, tiba-tiba muncul sesosok makhluk yang sama sekali tidak dikenalnya, mendekat lalu merangkulnya. Dikisahkan hingga sesak nafasnya dan hampir-hampir tidak bisa bergerak karena begitu kencangnya pelukan sang malaikat.

Sejurus kemudian malaikat Jibril memerintahkan : “Bacalah ya Muhammad!” ( ( اقرأ يا محمد!! , namun jawab belaiu:”Saya tidak bisa membaca” (ما أنا بقا رئ) sambil tubuhnya menggigil berkeringat. Berulang-ulang perintah Jibril tapi tetap Muhammad tidak bisa sehingga pada akhirnya beliau bisa menirukan kalimat demi kalimat yang dilafalkan malikat Jibril. Yaitu lima ayat pertma surat Al-‘alaq.

إقرأ با سم ربك الذي خلق – خلق الإنسان من علق – إقرأ و ربك الأكرم - الذى علم بالقللم – علم الإنسان ما لم يعلم .

“Bacalah (wahai Muhammad) dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Yang menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmu yang Maha Mulia. Yang mengajarkan dengan perantaraan Qolam (pena). Yang mengajarkan manusia apa-apa yang tidak diketahui”.

Inilah awal turunnya Al-Qur’an, yang kita kenal sebagai peristiwa nuzul al-Qur’an. Di dalamnya terkandung makna yang agung. Allah SWT lewat Jibril mengajarkan pentingnya ilmu pengetahuan (al-‘ilm, science) yaitu dengan cara banyak membaca. Membaca ayat-ayat Allah yang tampak di sekeliling kita (kauniyyah) yang kemudian ditransfer dalam buku-buku, maupun ayat-ayat-Nya yang tersurat dalam Al-Qur’an (Qauliyyah).

Aktifitas “membaca” ini harus dengan “menyebut asma Allah”, artinya bahwa proses membaca dan belajar apa saja (ilmu pengetahuan) harus senantisa disertai dengan ketundukan pada Allah (iman). Inilah yang dulu pernah dikatan oleh Mantan Presiden Habibie pentingnya orang Islam mengusasi iptek (ilmu pengetahuan dan teknologi) yang didukung oleh imtaq (iman dan taqwa).

Sangat mengagumkan, bahwa diangkatnya Muhammad menjdi Nabi didahului dengan ayat yang mengandung : PENTINGNYA ILMU PENGETAHUAN DAN KEIMANAN PADA ALLAH. Kenabian dan risalah Muhammad SAW sangat mengegerkan dan menggoyang masyarakat jahiliyyah saat itu. Karena ajaran Islam tidak sekedar membangun tatanan masyarakat yang Islami, tapi sekaligus membongkar struktur social masyarakat jahiliyyah baik di Makkah maupun Yatsrib (oleh Nabi SAW kemudian diganti dengan nama Madinah).

Masyarakat jahiliyyah bukanlah orang-orang yang berotak bodoh apalagi idiot. Sekali lagi bukan!! Mereka pintar, tapi kepintarannya tidak dipandu oleh hati nurani yang luhur, akhlak yang mulia dan iman. Mereka punya telinga, tapi tidak untuk mendengar kebenaran (al-haq), mereka bermata dan berhati tapi tidak untuk melihat dan menerima kebenaran. Kepandaian masyarakat jahiliyyah digunakan untuk mendapat kejayaan dan kepuasan nafsu duniawai belaka. Karena tidak dituntun oleh ke-imanan, maka mereka berperangai seperti binatang, bahkan lebih rendah dari binatang, bal hum adlollu!

KONDISI SEKARANG

Di era sekarangpun, banyak manusia pintar, berotak brilian, materi melimpah. Manusia sukses menciptakan teknologi canggih hingga mampu menembus luar angkasa guna mencari “bumi lain” setelah bumi ini. Jarak yang jauh bisa ditempuh dalam waktu singkat. Kamunikasi antar orang begitu cepat berkat ditemukannya piranti teknologi yang super njlimet dan canggih (sophisticated) seperti ponsel yang sekarang bukan lagi barang mewah. Orang dengan kemahirannya mampu berselancar dan mengarungi seluruh sisi dan pojok dunia tanpa ada yang tertinggal hanya dengan memencet handphone (hp) atau media computer yang sudah on line.

Maka dalam kondisi yang serba mudah, dituntut manusia pengguna teknologi yang betul-betul siap dan berkhlak serta mampu men-filter mana yang baik mana yang buruk. Bila tidak….., maka mereka (termasuk kita) akan tergilas oleh budaya jahiliyyah, menjadi manusia instant yang pendek berpikir dan dangkal iman, dan terombang ambing tak tentu arah di antara hiruk pikuk dunia global yang telah berhasil dilipat-lipat.

Ada sebuah gambaran. Kalau dulu hubungan antar orang dilakukan dengan cara bertemu muka (personal relationship), sekarang dari yang dekat sampai yang terjauhpun bisa dilakukan dengan menggunakan media komunikasi baik kabel maupun nirkabel, tidak bertemu di tempat yang sama tapi bisa bertatap muka dengan kecanggihan phone selluler sejenis 3G, multi media dan lain-lain. Kalau dulu, orang tua kita terbiasa ‘ngonthel’ sepeda menempuh berpuluh kilo meter dan tidak merasa jauh, tapi coba sekarang banyak di antara kita yang ogah-ogahan. Kalau dulu orang-orang mencari hiburan dan tontonan layer tancap harus berbondong-bondong ke tanah lapang yang jauh, tapi sekarang media hiburan sudah hadir sendiri ke rumah kita, bahkan ke kamar kita!! Di sinilah informasi dan hiburan yang mengandung nilai positif ataupun negative akan mempengaruhi setiap orang yang menggunakannya. Bila ternyata unsur negative yang dominan maka akan berdampak tidak baik. Seorang sahabat berujar :” Saat ini lewat media super canggih, kita bisa menghadirkan nuansa ilahiy dan nuansa syaithoniy” di ruang private keluarga kita. Bukan begitu?

MANUSIA BERIMAN DAN BERILMU

Islam menawarkan konsep yang sangat jelas bahwa setiap muslim hendaknya (idealnya) memiliki sikap istiqomah (iman) dan penguasaan iptek. Bila ini ada pada diri seorang muslim maka ia akan menjadi rahmat bagi lingkungannya. Tapi sebaliknya, bila seseorang memiliki kemampuan rasio yang tinggi tapi lemah iman, maka akan berbahaya dan membabi buta dan mengancam kenyamanan orang lain dan lingkungan. Allah SAW menjanjikan bagi orang-orang yang beriman dan berilmu pengetahuan derajat yang tinggi. Seperti dalam firman-Nya:

يرفع الله الذين امنوا منكم والذين أ و تواالعلم درجات....(الآية)

“Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman di antaramu dan yang berpengetahuan beberapa derajat…..”. (Al-Mujadalah: 11)

Mudah-mudahan kita termasuk golongan yang beriman dan memiliki ilmu pengetahuan. Amien…

*abu najwa, Warga Tambak, pernah nyantri di Ponpes Al-Wathoniyyah Al-Islamiyyah Petanahan Kebumen.

sekapur sirih


SINAR MENTARI , adalah media yang ditujukan untuk

urun rembug tentang segala persoalan yang menyangkut sosial, ekonomi, budaya, agama, siskamling dll di sekitar kita. Dikelola secara mandiri yang disokong langsung oleh Mentari Media Center (MMC) yang berdomisili di Banyumas Jateng Indonesia. Bersifat tidak cari untung, santun dalam berperasaan, inovatif dalam berfikir, progresif dalam aksi, yang senantiasa berusaha mendasarkan diri pada nilai-nilai kebenaran, dan bebas dari prasangka buruk.